Industri fesyen telah memperkenalkan banyak sekali perancang busana kenamaan. Mereka saling mencurahkan idenya pada setiap jahitan pakaian, memunculkan inovasi, dan bersaing ketat dalam urusan kreativitas.
Lantas, siapa saja perancang busana itu? Ranker.com telah menyusun 5 daftar perancang busana atau desainer paling berpengaruh di dunia dan memberikan kesempatan kepada publik untuk memilih lima yang terbaik melalui sistem voting pada situsnya.
Valentino Garavani lahir di Lombardy, Italia. Ketertarikannya pada dunia fesyen timbul ketika duduk di bangku sekolah saat masih tinggal di kampung halaman, Voghera. Ia meneruskan studi ke Turin dan Milan sebelum akhirnya pindah ke Paris pada tahun 1949.
Di Prancis, Garavani muda mengasah bakatnya dalam merancang busana di Ecole des Beaux-Arts dan Chambre Syndicale, yang merupakan badan pengatur mode di Prancis.
Prancis bukan negara yang ramah buat perancang busana asing waktu itu, khususnya dari Italia. Kendati demikian, ia berhasil memenangkan kompetisi desain yang diselenggarakan oleh International Wool Secretariat.
Sayap Garavani di industri fesyen semakin mengepak ketika dirinya memutuskan kembali ke Italia. Pada tahun 1960, ia membuka rumah fesyen menggunakan namanya sendiri, Valentino. Beberapa koleksinya digemari oleh figur publik papan atas seperti Elizabeth Taylor, Anne Hathaway, Jennifer Lopez hingga Putri Madeleine dari Swedia.
Alexander McQueen lahir di London tanpa turunan darah seni dari kedua orang tuanya. Sang ayah, berasal dari Skotlandia, bekerja sebagai supir taksi. Ibunya sendiri merupakan seorang guru ilmu pendidikan sosial.
Kendati tidak memiliki darah seni, McQueen bisa menunjukkan potensinya sebagai perancang busana sejak usia dini. Ketika berumur tiga tahun, ia pernah bereksperimen dengan membuat gaun untuk ketiga kakak perempuannya.
Bakat itu ditempa dengan pendidikan. Ia menempuh kursus menjahit di Newham College, lalu menimba ilmu di Anderson & Sheppard sebelum berlabuh di Gieves & Hawkes. Skill yang didapatkan dari penjahit kenamaan Savile Row membuatnya mendapatkan reputasi di kalangan industri fesyen.
Pada tahun 1992, McQueen memulai labelnya sendiri. Setahun berselang, ia berkesempatan menunjukkan koleksinya kepada khalayak ramai di Chelsea. Namun koleksinya menimbulkan kontroversi hingga McQueen mendapatkan julukan ‘Hooligan Fesyen Inggris’.
Kegagalan tidak membuatnya menyerah. McQueen meneruskan kariernya di industri fesyen Inggris. Bahkan meskipun memiliki label sendiri, McQueen tetap bekerja dengan jenama-jenama lain seperti Givenchy dan Gucci.
Desainer asal Prancis ini, bisa dikatakan, terlibat dalam kemunculan fesyen androgini. Ia merupakan salah satu perancang busana ternama yang melabrak batasan gender pada pakaian dengan ‘Flapper Style’ miliknya.
Chanel mempopulerkan gaya sporty dan kasual sebagai standar feminim, menggantikan ‘siluet korset’ yang menyiksa kaum perempuan pada saat itu. Chanel membuktikan kepada masyarakat kala itu bahwa perempuan bisa tetap tampil elegan meski dengan gaya yang lebih sederhana.
Tidak heran apabila Chanel menjadi satu-satunya perancang busana yang masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh pada abad ke-20 menurut majalah Time. Chanel juga memiliki jenama sendiri dengan produk seperti perhiasan, tas, hingga parfum mewah.
Hidup di era perang dunia membuat Chanel ikut terjun ke lapangan. Tahun 2014, badan intelijen Prancis mengkonfirmasi bahwa Chanel berperan sebagai mata-mata Jerman pada Perang Dunia II dan terlibat dalam upaya The Third Reich mengambil alih Kota Madrid.
Terobosan menjadi salah satu alasan mengapa perancang busana bisa mendapatkan perhatian masyarakat. Yves Saint Laurent pun memiliki terobosannya sendiri dengan setelan bertajuk ‘Le Smoking’.
Tuxedo bukanlah setelan familiar buat kaum perempuan. Umumnya, tuxedo dikenakan oleh kaum pria. Namun Saint Laurent memperkenalkan setelan dengan lekuk yang cocok dikenakan oleh kaum perempuan.
Yves Saint Laurent lahir di Oran, Aljazair, dengan kedua orang tua berdarah Prancis. Bakat merancang busana terlihat ketika dirinya masih berusia remaja. Dan pada usia 17 tahun, Saint Laurent menimba ilmu di Chambre Syndicate de la Haute Couture.
Kariernya mengalami banyak naik turun. Pada tahun 1960, ia masuk ke dunia militer dan keluar setelah 20 hari lantaran stress pasca dipelonco oleh sesama tentara. Saat itu juga, Saint Laurent mendapat kabar pemutusan kontrak dari Dior.
Saint Laurent menjalani beragam proses pemulihan hingga akhirnya keluar dari rumah sakit pada November 1960. Tidak lama, ia menggugat Dior karena pelanggaran kontrak dan menang, kemudian memulai labelnya sendiri.
Dior lahir di Granville, Prancis. Kedua orang tuanya berharap Dior bisa menjadi diplomat ketika dewasa, tetapi jiwa seninya tak bisa dibendung. Ia pun mengambil jalan sendiri dengan menjual sketsa fesyen miliknya demi mengejar mimpi.
Kiprahnya di industri fesyen dimulai pada tahun 1937, saat dirinya dipekerjakan oleh perancang busana bernama Robert Piguet. Ia pun pernah bekerja sama dengan sosok lain seperti Pierre Balmain dan Marc Bohan.
Rumah mode Dior dibangun pada tahun 1946 berkat bantuan dari pria terkaya di Prancis saat itu, Marcel Boussac. Di tahun yang sama, ia memperkenalkan koleksi-koleksi pertamanya termasuk Corolle, yang kemudian mendapatkan julukan ‘New Look’ dari Carmel Snow selaku pimpinan redaksi Harper’s Bazaar.
‘New Look’ mulanya tidak mendapatkan respon positif dari publik. Bahkan Coco Chanel sampai memberikan kritik pedas: “Lihat betapa konyolnya perempuan-perempuan ini, memakai pakaian pria yang tidak mengenal wanita, tak pernah memiliki, dan bermimpi menjadi wanita.”
Mungkin, saat itu Dior sudah memegang prinsip “balas dengan karya”. Ia tidak mundur dan terus memperkenalkan ‘New Look’ miliknya, yang kemudian merevolusi gaun perempuan dan menjadikan Paris sebagai pusat fesyen dunia pasca Perang Dunia II.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!