Salah satu tren yang menarik untuk dijelajahi adalah sejarah perempuan yang mengenakan pakaian bergaya seperti laki-laki. Sejak kapan perempuan mulai berani mengekspresikan dirinya untuk dapat bergaya seperti laki-laki? Simak rangkuman yang telah berhasil laruna rangkum tentang gaya Cross-Dressing Men’s Style in Women’s Style dalam artikel berikut ini!
Cross-dressing merupakan aksi mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan jenis kelamin bawaan lahir. Dorongan utama untuk mengubah pakaian wanita muncul Perang Dunia I (1914-1918). Pria berperang di mana-mana, dan semua urusan pria ditinggalkan kepada wanita. Namun ternyata, sejarahnya sudah berjalan lebih dari era-era di waktu tersebut. Yuk, simak runutan perkembangan sejarahnya!
Beberapa detail pakaian pria telah dikenakan oleh wanita sejak zaman kuno, misalnya, di Mesir Kuno, para permaisuri wanita mengenakan janggut palsu. Sejak Abad Pertengahan, gaya pria diperkuat dalam pakaian untuk berburu, berkuda, atau pakaian militer, sering kali hanya berbeda pada bagian rok.
Dikutip dari buku Teori Sosiologi Kontemporer karya Marista Christina dkk (144:2022), Di dalam mastaba Ratu Khentakawess sosok firaun perempuan di Giza, patungnya digambarkan duduk di singgasana dengan memegang tongkat kerajaan, jubah panjang, serta janggut (Simini, 2017:86). Ratu Khentkawes bukanlah firaun perempuan satu-satunya yang digambarkan sebagai cross-dresser.
Sobekneferu adalah firaun perempuan lain yang merepresentasikan bagaimana perempuan pemimpin Mesir menggunakan busana-busana ,dengan perangkat aksesori yang diasosiasikan dengan maskulinitas.
Di Rusia pada abad ke-18, Permaisuri Elizabeth (1709-1761) suka mengadakan pesta, di mana para wanita harus mengenakan pakaian pria, dan pria mengenakan pakaian wanita, termasuk korset dan kereta sorong. Pada abad ke-18, "pakaian seragam" muncul, yang terus ada pada abad ke-19. Hal ini mencerminkan keinginan untuk mengeksplorasi dan merayakan kebebasan berpakaian serta menggoyahkan stereotip gender pada masa itu.
Dengan pria yang pergi berperang, perempuan terpaksa mengambil alih pekerjaan dan membutuhkan pakaian yang nyaman dan praktis. Hal ini menyebabkan munculnya gaya berpakaian yang lebih maskulin, seperti penggunaan celana panjang, yang sebelumnya dianggap sebagai pakaian eksklusif pria. Pakaian yang lebih praktis ini menjadi simbol kekuatan dan kemandirian perempuan pada masa perang.
Di paruh kedua abad ke-19, segalanya mulai berubah. Pakaian olahraga wanita muncul, yang diadaptasi dari pakaian pria. Foto-foto aktris dalam setelan pria menjadi populer. Era emansipasi dimulai, wanita dengan tegas mengenakan pakaian pria dan menunjukkan bahwa mereka hanya berbeda dari pria dalam hal ini. Pada awal abad ke-20, beberapa wanita mengenakan pakaian maskulin di tempat umum, misalnya, kaum sufragis yang kerap mengenakan baju-baju dari Coco Chanel yang saat itu belum sepopuler sekarang.
Pada tahun 1930-an, celana panjang dikenakan oleh semua fashionista dan bukan hanya sebagai pakaian olahraga. Marlene Dietrich seorang seorang penyanyi dan aktris Amerika-Jerman yang pernah mendapatkan nominasi Academy Award. American Film Institute menyebut Dietrich sebagai salah satu dari Greatest Female Stars of All Time menjadi ikon gaya Men’s Style in Women’s Style, ikon tersebut melekat sebagai citra dirinya, yang populer dalam balutan setelan jas dan topi tinggi.
Di era modernisasi, tren pakaian wanita yang terinspirasi dari pakaian pria terus berkembang. Celana panjang menjadi bagian dari pakaian sehari-hari, dan perempuan seperti Marlene Dietrich menjadi ikon gaya dengan mengenakan setelan jas dan topi tinggi. Gaya ini mencerminkan semangat perempuan yang tidak takut untuk mengekspresikan kepribadian dan kebebasan mereka melalui pilihan berpakaian.
Dalam sejarah, perempuan yang mengenakan pakaian bergaya seperti laki-laki telah memainkan peran penting dalam meruntuhkan batasan-batasan gender dan mengekspresikan identitas mereka secara bebas. Pilihan berpakaian ini melambangkan semangat keberanian, perlawanan, dan perjuangan perempuan dalam mencari kesetaraan.
Seiring berjalannya waktu, tren ini terus berkembang dan memberikan inspirasi bagi perempuan modern untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka melalui pilihan berpakaian yang tidak terbatas oleh batasan gender.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!