Dior Fall/Winter 2024-2045 Fashion Show adalah peristiwa luar biasa yang tak hanya sekadar peragaan busana, melainkan sebuah panggung di mana seni balet dan estetika flamboyan bersatu dalam harmoni. Kim Jones, desainer berbakat di balik Dior untuk pria, memberikan sentuhan pribadi dalam peragaan ini dengan merayakan pamannya, Colin Jones, seorang penari balet dan fotografer yang pernah bersahabat erat dengan legenda balet, Rudolf Nureyev.
Sejak awal, peragaan busana ini menggoda indera dengan pengambilan tempat di halaman depan École Militaire yang diubah menjadi panggung megah dengan box putih raksasa. Saat memasuki tempat acara, penonton dihadapkan pada labirin kecil yang dipenuhi nuansa hitam, membawa mereka ke ruang bundar yang luas dengan cahaya remang-remang, dan gemerlap bintang-bintang di langit-langit memberikan sentuhan tenang dan misterius.
Perpaduan musik intens dari Roméo et Juliette dan langkah awal model pembuka menjadi titik awal yang memikat. Kim Jones berhasil menyulut melodi romantis dengan menghadirkan perpaduan elegan antara gaya modern dan unsur balet klasik. Jumpsuit-short dengan aksen zip tampak depan, serta sepatu balet dengan motif cannage dan kaus kaki panjang, menciptakan tren balletcore untuk pria yang kini tampil lebih kasual, menyenangkan, namun tak kehilangan elegansi.
Tidak hanya itu, kehadiran tailoring dalam koleksi ini membawa pandangan baru tentang busana pria. Potongan double-breasted berkancing satu dengan warna abu-abu, beige, dan cokelat memberikan kebebasan gerakan dan kenyamanan, sambil tetap setia pada keahlian rumah mode Dior.
Puncak dari peragaan busana ini adalah 20 penampilan couture yang memukau. Jumpsuit hitam berkelip dari sulaman kelopak bunga tulle dengan mutiara adalah penghormatan kepada sequined evening gown Christian Dior tahun 1950 yang pernah dipakai oleh Margot Fonteyn, seorang balerina terkenal. Kimono couture keperakan menjadi sebuah karya magis, terinspirasi dari gaya Rudolf Nureyev dengan teknik pembuatan tekstil yang khas dari Jepang. Koleksi ini menawarkan potongan couture yang jarang ditemui, terutama dalam konteks busana pria.
Show di Paris ini juga menyajikan kejutan dengan munculnya para model dari lantai show, dan klimaksnya terjadi di akhir pertunjukan. Para model berdiri statis sementara panggung sentral perlahan berputar, menciptakan pengalaman visual yang dramatis bagi para penonton yang meliputi selebriti ternama seperti Kate Moss, Lila Moss, Jay Chou, Pharell Williams, dan TXT dari Korea Selatan.
Dior tidak hanya sekadar merancang pakaian, tetapi juga menciptakan karya seni dalam dunia aksesori dan sepatu. Melalui perpaduan antara kesucian dan kemewahan, koleksi sepatu Dior menghadirkan sentuhan ringan yang membentuk siluet dengan elegansi terstruktur.
Sneakers Dior bermetamorfosis menjadi model balerina yang berani dengan pilihan nuansa pastel hingga warna neon. Selain itu, dance pumps yang lembut hadir dalam bahan kulit atau nylon. Beberapa model dance pumps ditutup dengan bahan elastis, menambahkan sentuhan modern pada keseluruhan penampilan.
Koleksi sepatu mahakarya Dior itu dikombinasikan dengan high socks dengan berbagai warna yang berani, menciptakan kesan yang segar dan berbeda. Dalam hal aksesoris, Dior memamerkan belt pouches dan camera bags yang dihiasi dengan detail macrocannage.
Sebagai sentuhan akhir, Dior menghadirkan topi dalam bentuk turban. Desain ini merevisi karya Stephen Jones pada tahun 1999 untuk lemari pakaian wanita.
Kim Jones tidak hanya menciptakan tren, tetapi juga memberikan penghormatan yang megah kepada warisan seni balet internasional, mempersembahkan kisah lirik yang membawa penonton pada perjalanan emosional melalui melodi estetika yang kaya.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!
