Fashion militer telah menjadi fenomena yang menarik dan terus berevolusi sepanjang setengah abad terakhir. Sekarang, ia memasuki perjalanan yang sangat panjang dari lambang institusi hingga menjadi bagian integral dari bahasa mode saat ini. Sejarahnya yang panjang dan kaya mencakup pergeseran signifikan dari era perang Vietnam hingga panggung fashion internasional pada tahun 2015.
Pada awalnya, jaket militer adalah lambang institusi yang memperoleh perubahan radikal pada era Vietnam. Dari simbol kepatuhan dan ketertiban, jaket tersebut berubah menjadi pakaian subkultur yang menentang institusi. Figur publik seperti John Lennon dan Yoko Ono tampil dengan seragam militer serasi mereka serta Jane Fonda. Mereka menggunakan jaket fungsional dalam kegiatan anti perang sehingga menjadi ikon-ikon perlawanan yang memantik revolusi fashion. Seragam militer mereka tersebut tidak hanya memperoleh penerimaan di kalangan subkultur, tetapi juga diadopsi oleh industri mode dan merambah ke budaya massa.
Penting untuk dicatat bahwa evolusi fashion militer tidak hanya satu arah. Pengaruh antara seragam militer dan pakaian sipil mengalir dua arah. Pada awalnya, prajurit mengenakan pakaian sipil sebelum seragam dikembangkan pada abad ke-17.
Selain itu, praktikalitas pakaian sipil juga diintegrasikan ke dalam desain seragam militer, kemudian kembali memengaruhi pakaian sipil. Contohnya adalah khaki, yang awalnya berasal dari pakaian sehari-hari India, kemudian diadopsi oleh militer untuk penyamaran, dan akhirnya kembali menjadi warna yang modis dalam pakaian sipil.
Salah satu momen penting dalam evolusi fashion militer adalah pengenalan gaya Saharienne oleh Yves Saint Laurent pada tahun 1968. Gaya ini memiliki akar pada jaket yang dikenakan oleh perwira Inggris di India pada abad ke-19.
Kemudian, pada tahun 1987, Stephen Sprouse mengubah cetakan layar kamuflase Warhol menjadi mantel berwarna-warni, memberikan sentuhan modern pada gaya militer klasik. Desainer seperti Rei Kawakubo juga turut berkontribusi pada pertengahan tahun 90-an dengan menciptakan konsep baru untuk jaket surplus militer.
Meskipun Suzy Menkes mencatat ketidaknyamanan terkait tren gaya militer pada panggung Fall 1996, jaket militer terus meningkat menjadi bagian umum dalam mode sehari-hari. Keberadaannya menjadi begitu umum hingga sekarang dianggap sebagai simbol kesantain Glastonbury dan digunakan oleh para model saat tidak sedang bekerja. Panggung Spring 2015 mencerminkan puncak popularitas jaket militer, dengan penampilan yang mencolok di Saint Laurent, Ralph Lauren, dan Marc Jacobs.
Glamor dan kepraktisan saling berdampingan dalam evolusi fashion militer. Jika pada abad ke-19, aspek glamor dan elegan dari seragam militer memotivasi dunia fashion, sekarang gaya militer kontemporer lebih fokus pada utilitas dan kepraktisan.
Jaket militer telah menjadi pusat perhatian dalam mode massal, mencakup berbagai item seperti jaket gaya militer, kacamata aviator, bomber jackets, pea coats, parka berhoodie, celana kargo, rompi dengan kantong, ransel, topi, epolet sederhana, lengan kemeja yang digulung, dan sepatu setinggi mata kaki. Semua ini membuktikan bahwa pakaian militer bukan hanya tren sementara, melainkan bagian integral dari bahasa mode yang terus berkembang.
Keep up with the latest fashion trends! Baca artikel fashion terlengkap hanya di Laruna.
