Buat kamu penggemar fashion atau kolektor tas branded, bersiaplah untuk kabar kurang menyenangkan. Tas branded diprediksi naik harga imbas kebijakan Trump yang menerapkan tarif impor tinggi bagi produk dari Uni Eropa. Ini artinya, barang-barang mewah dari Prancis dan Italia, dua negara rumah bagi brand kelas dunia seperti Chanel, Hermès, Gucci, dan Dior, bakal terkena dampaknya.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberlakukan tarif impor sebesar 20 persen untuk barang-barang dari Uni Eropa. Akibatnya, banyak pihak memprediksi harga tas branded akan melonjak, khususnya di pasar Amerika Serikat. Tapi efeknya bukan berhenti di sana. Dunia mode global, termasuk Indonesia, juga bisa ikut terkena imbasnya.
Kamu mungkin bertanya-tanya, seberapa besar dampaknya untuk kita di sini? Nah, nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp 17.000 per dolar AS juga membuat harga barang impor makin mahal. Jadi, kalau kamu punya wishlist beli tas Chanel atau Birkin dalam waktu dekat, mungkin sekarang adalah saat yang tepat sebelum harganya makin tak terjangkau.
Nggak cuma soal tarif dan nilai tukar, kabar ini juga bikin geger karena banyak produsen asal China buka-bukaan soal harga produksi tas mewah. Mereka menyebut bahwa sebagian besar barang branded ternyata dibuat di China dengan ongkos produksi yang jauh lebih murah dari harga jualnya.
Donald Trump bukan nama baru dalam hal kebijakan ekonomi yang kontroversial. Kali ini, tarif impor 20 persen untuk barang dari Uni Eropa membuat banyak analis memperkirakan bahwa harga barang mewah bakal terkerek naik. Hal ini dikarenakan rumah mode seperti Hermès, Chanel, dan Gucci pastinya tak akan menanggung beban sendiri. Mereka akan membebankannya ke konsumen.
Menurut Prof. Randall Holcombe dari Florida State University, konsumen barang mewah biasanya tidak terlalu sensitif terhadap harga. Jadi, meski harga naik, pembelian tetap jalan. Dalam kasus ini, produsen akan menaikkan harga sebagai cara mengatasi beban tarif.
Misalnya, Chanel Flap Bag ukuran kecil yang tadinya dijual seharga US$ 10.400 bisa melonjak menjadi US$ 12.480 atau sekitar Rp 212 juta. Hermès Birkin? Dari US$ 12.000 bisa naik menjadi US$ 14.400. Dan ini belum termasuk biaya tambahan lainnya seperti pajak dan bea masuk lokal.
Kondisi ini juga bisa mendorong harga barang mewah di negara lain, termasuk Indonesia. Selain kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sentimen global terhadap kebijakan ekonomi AS membuat harga-harga barang impor rentan naik. Jadi ya, efek Trump bisa terasa sampai ke mall-mall mewah Jakarta.
Tarif impor hanyalah satu dari sekian banyak alasan mengapa tas branded makin hari makin mahal. Berikut beberapa faktor lain yang patut kamu tahu:
Hermès dengan Birkin dan Kelly-nya adalah contoh nyata. Produksi terbatas dan permintaan tinggi membuat harga terus meroket. Bahkan tanpa tarif tambahan, tas ini tetap naik harga setiap tahun.
Tas branded dibuat dari kulit eksotis, logam mulia, hingga dijahit tangan oleh pengrajin ahli. Biaya bahan baku yang naik dan gaji buruh yang makin tinggi ikut mendorong harga jual.
Selebriti dan influencer bisa membuat satu model tas langsung viral. Permintaan naik, harga pun ikut terkerek. Ini juga membuat merek mewah bisa menaikkan harga secara berkala.
Brand seperti Chanel dan Louis Vuitton secara rutin menaikkan harga untuk menjaga eksklusivitas dan mengimbangi inflasi global. Jadi meski tidak ada tarif tambahan pun, harga akan tetap naik.
Tas mewah dianggap sebagai investasi. Banyak yang membelinya untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Hal ini membuat permintaan terus stabil bahkan saat harga naik.
Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, jadi pasar besar bagi barang mewah. Permintaan tinggi di kawasan ini membuat harga global ikut naik.
Kenaikan harga bahan mentah, upah pekerja, dan logistik juga memengaruhi harga akhir produk.
Di tengah kabar kenaikan harga tas branded, muncul fenomena menarik di TikTok. Para produsen asal China buka-bukaan tentang ongkos produksi tas-tas mewah. Salah satu video yang viral berasal dari akun @lunasourcingchina. Dalam videonya, ia mengklaim bahwa banyak tas dari merek ternama seperti Hermès, Prada, Chanel sebenarnya dibuat di China.
Bahkan, sebuah akun bernama News Nexus Official mengunggah rincian biaya pembuatan tas Hermès Birkin. Mereka mengklaim tas tersebut hanya memakan biaya sekitar US$ 1.000 atau Rp 16 jutaan untuk bahan dan tenaga kerja. Padahal, tas ini dijual di pasaran dengan harga mulai dari US$ 10.000 hingga US$ 2 juta!
Produsen China itu juga bilang kalau kamu hanya peduli pada kualitas dan bukan merek, kamu bisa mendapatkan tas sejenis tanpa logo dengan harga jauh lebih murah langsung dari mereka. Ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan soal transparansi, margin keuntungan brand besar, hingga mindset konsumen tentang barang mewah.
Tak cuma tas, beberapa pabrik China juga membocorkan soal produksi kosmetik branded. Misalnya, mereka mengklaim bisa membuat produk mirip kosmetik Chanel hanya dengan biaya US$ 5 atau Rp 83 ribu saja. Hal ini membuat banyak orang mulai menyadari bahwa harga tinggi dari produk mewah tak selalu mencerminkan biaya produksinya.
Keep up with the latest fashion trends with Laruna! Tampil stylish dan percaya diri dengan gaya yang selalu up-to-date!