Masyarakat kelas menengah ke atas pasti sudah tidak asing dengan jenama asal Amerika Serikat, Louis Vuitton, tidak salah jika harga Louis Vuitton sangat mahal. Sebab tidak sedikit orang-orang yang berusaha menabung sekuat tenaga demi memiliki salah satu produknya.
Orang-orang berduit lebih tentu membutuhkan Louis Vuitton di tubuhnya untuk mempertegas keberadaannya dalam strata masyarakat. Mulai dari Sandra Dewi, Ruben Onsu, sampai Hotman Paris pun menggunakan produk Louis Vuitton.
Ketika berbicara soal barang mewah, seringkali pernyataan seperti ini muncul: “Buat apa beli tas Louis Vuitton mahal-mahal? Mending beli barang dari jenama ini. Fungsinya sama aja!”. Pernyataan itu tentu saja benar.
Pada akhirnya, fungsi produk dari Louis Vuitton tidak jauh dari jenama-jenama lain yang harganya lebih murah. "Lalu kenapa harga Louis Vuitton bisa jauh lebih mahal? Tengok lima alasannya dibawah ini!"
Memiliki Louis Vuitton itu berbeda jauh dari sekadar punya produk aja tapi dari jenama yang berbeda. Soalnya nih, Louis Vuitton merupakan salah satu dari tiga besar jenama terbesar di industri fashion bersama Hermes dan Chanel.
Seperti yang dibilang di paragraf awal, produk Louis Vuitton bisa mempertegas status seseorang dalam kelompok masyarakat. Memamerkannya tentu membuat orang tersebut jadi lebih terpandang dan dihormati.
Hubungan simbiosis mutualisme pun terbentuk dari sini. Figur besar membutuhkan Louis Vuitton untuk menegaskan bahwa ‘aku ini orang berada lho~’. Dan di sisi lain, mereka secara tidak langsung menambah nilai jenama Louis Vuitton sendiri.
Alhasil, Louis Vuitton bisa mematok harga produk sesukanya. Selama orang-orang berani menebus mahal, harga produk Louis Vuitton takkan turun. Toh, itu juga disertai dengan peningkatan kualitas dan desain yang mutakhir.
Louis Vuitton ini cerdik. Mereka tidak ‘murah’ dalam memperkenalkan produk terbarunya ke khalayak ramai. Louis Vuitton selama ini diketahui sebagai jenama yang sering mengeluarkan produk terbaru dengan jumlah terbatas.
Seperti yang dijelaskan di poin pertama, jenama Louis Vuitton diinginkan oleh banyak orang. Bahkan tidak dari lapis pertama dalam struktur masyarakat saja. Dari sini, Louis Vuitton pun membuat situasi di mana jumlah peminat dan barang yang tersedia jadi tidak seimbang.
Terbatasnya barang membuat permintaan jadi meninggi. Para pembeli langganan pun harus bertindak cepat. Pelanggan seperti ini, biasanya, tidak memedulikan harga setinggi langit dari produsen demi mendapatkan barang yang diinginkan.
Menyambung dari poin kedua, terbatasnya produk di pasaran membuat Louis Vuitton menjadi eksklusif. Apalagi karena harga produknya mahal, jadinya hanya orang-orang berduit yang bisa memilikinya. Ini membuat produk jadi eksklusif banget.
Strategi pembatasan produk ini juga tidak dilakukan secara sembarangan oleh Louis Vuitton. Mereka memiliki desainer-desainer keren dan merilis karyanya secara terbatas agar konsumen bisa menikmati rasa ‘eksklusifitasnya’.
Eksklusifitas ini, bisa dibilang, membuat konsumen berdelusi bahwa hanya mereka yang memiliki suatu produk Louis Vuitton di dunia. Atau setidaknya di circle mereka lah. Tentu tujuannya satu, yakni pamer ke orang-orang~.
Louis Vuitton sangat serius dalam menciptakan eksklusifitas dalam setiap produknya. Sampai-sampai, jika target penjualan tercapai, mereka langsung menghentikan pembuatan produk tersebut. Ada juga rumor yang bilang kalau mereka tak segan menghancurkan produk sisa demi menjaga eksklusifitasnya.
Guna menjaga jenamanya tetap berada di atas rantai fashion, Louis Vuitton harus melakukan satu hal penting: inovasi. Jangan lupa kalau hal terpenting dalam produk bukan cuma kualitas aja, tapi juga ide.
Pembeli barang-barang mewah tuh biasanya demanding banget. Mereka bersedia mengeluarkan duit banyak kalau produk tersebut benar-benar unik, tidak pasaran, serta sulit untuk ditiru.
Karena inilah, Louis Vuitton harus selalu memikirkan cara agar bisa menciptakan produk yang lebih baik dibanding sederet kompetitornya. Begitu satu produk memiliki pesaing identik, Louis Vuitton langsung bekerja untuk membuat produk yang lebih baik dari sebelumnya.
Louis Vuitton benar-benar serius dalam menjalankan quality control di setiap produknya. Agar bisa menciptakan produk yang keren, mereka juga harus mengoptimalkan satu aspek penting dalam pembuatan: pekerja.
Dunia teknologi yang semakin maju membuat beberapa pekerjaan bisa dilakukan secara otomatis dan mudah dengan menggunakan mesin. Namun Louis Vuitton tidak melupakan peran penting manusia dalam pembuatannya.
Pada akhirnya, mereka juga masih membutuhkan tangan-tangan manusia dalam pembuatan produk. Louis Vuitton pun tidak main-main soal ini, dan hanya membolehkan pekerjanya mengerjakan suatu produk setelah melewati proses pelatihan selama setahun penuh!
Louis Vuitton cuma mempekerjakan orang-orang yang memiliki skil dan kualifikasi tinggi. Tidak semua pengrajin bisa menerima kesempatan untuk menjadi pekerja Louis Vuitton.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!