Perkembangan zaman turut memberikan kemudahan bagi para aktivis untuk bersuara dan melakukan aksinya. Kalau dulu hanya bisa dilakukan di jalanan dengan medium yang terbatas, kini lewat ketikan jari seseorang bisa menjadi aktivis di sosial media. Berbagai medium juga turut menjadi alat pendukung untuk melakukan aktivisme. Beberapa diantaranya adalah menggunakan medium seni, olahraga, hingga fashion.
Istilah fashion activism kali pertama diperkenalkan oleh Céline Semaan-Vernon, co-founder dari. Slow Factory Foundation, sebagai responnya dalam melihat industri kreatif dalam fashion harus memimpin dengan solusi kreatif untuk berperan memberikan solusi terhadap perubahan iklim. Secara sederhana, fashion activism adalah seni menggunakan pakaian untuk menggerakkan orang agar bertindak.
Bagi sebagian orang, fashion hanya memiliki fungsi sebagai pelengkap mode untuk mempercantik penampilan. Tapi, menurut Céline fashion memiliki dampak besar untuk menciptakan dan memengaruhi budaya. Industri fashion juga dibentuk oleh berbagai keputusan politik, dinamika kekuasaan, dan pertukaran global yang membuatnya punya posisi penting untuk menjadi alat bersuara dalam kegiatan aktivisme.
Bentuk Fashion Activism
Selama beberapa tahun, fashion activism digunakan sebagai representasi untuk menggambarkan kondisi sosial maupun bentuk aksi protes untuk menuntut perubahan. Seperti bentuk aktivisme lainnya, tujuan fashion activism adalah untuk mempromosikan, menghalangi, atau mengarahkan pengaturan sosial pakaian untuk mengklaim agenda politik tertentu serta memengaruhi perubahan sistemik dalam industri mode.
Setelah mengumpulkan beberapa sumber dari bukti fashion activism yang pernah dilakukan oleh masyarakat global, berikut Laruna rangkum beberapa bentuk fashion yang melekat dengan kegiatan aktivisme:
Di tahun 1960-an rok mini diperkenalkan sebagai simbol kebebasan ekspresi bagi perempuan. Kebebasan dalam hal ini berkaitan luas dengan kebebasan untuk menjalani hidup, berekspresi, hingga pilihan untuk berkeluarga atas kehendak perempuan. Di masa-masa awal Perang Dunia, perempuan memiliki posisi yang lebih rendah dari laki-laki – baik secara peran maupun hak—yang membuat gerak mereka terbatas.
Hingga akhirnya di tahun 60-an dan gerakan feminis mulai menjamur, para perempuan di Eropa mulai memperjuangkan kebebasan dan kesempatan yang sama terlepas dari gender yang dimiliki Pasca Perang Dunia II, para perempuan juga memutuskan bahwa mereka ingin dapat memilih apa yang akan mereka lakukan dengan tubuh mereka. Keinginan untuk mandiri atas tubuh mereka juga terkait dengan cara mereka berpakaian dan menjadi salah satu alasan mengapa rok mini menjadi populer.
Partai Black Panther, sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Huey P. Newton dan Bobby Seale pada tahun 1966, mengadopsi seragam perjuangan untuk menantang kebrutalan polisi: kemeja biru, celana hitam, jaket kulit hitam, dan baret hitam.
Pakaian tersebut tidak hanya menjadi simbolisasi kekuatan dari partai, namun juga meng-highlight kebanggaan bagi masyarakat kulit hitam di Amerika untuk berekspresi dan menyanggah stigma orang kulit hitam yang sering dianggap buruk. Melalui gerakan ini, komunitas kulit hitam menjadi lebih berani dan terbuka untuk memperjuangkan hak-haknya serta menentang diskriminasi yang biasa dilakukan oleh orang kulit putih.
T-shirt slogan atau slogan tee telah menjadi sarana aktivisme favorit dalam industri fashion. Dibandingkan dengan desain kompleks dan siluet pakaian lain, t-shirt menjadi opsi paling simpel untuk menyampaikan isu atau concern yang dimiliki desainer.
Menariknya, t-shirt sebagai media aktivisme sudah muncul sejak tahun 60-an, seperti yang dilakukan oleh Labyris Books – store buku milik perempuan pertama di New York -- yang menciptakan slogan ‘the future is female’ untuk dicetak di koleksi t-shirt mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, slogan tee telah menjadi elemen penting dalam budaya populer – baik di runway maupun di jalanan. Banyak desainer dan label ternama seperti Dior, Public School, Everlane, dan Slow Factory memproduksi slogan tee sebagai medium untuk mendukung hak-hak perempuan, masalah perubahan iklim, imigran, pengungsi, dan perlindungan anak.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!