Tren pakaian yang seringkali dibungkus secara eksklusif, membuat fashion hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu dan cenderung membatasi akses secara inklusif pada orang-orang penyandang disabilitas. Memberikan inklusivitas untuk adaptive fashion tentu diperlukan agar iklim industri fashion bisa berjalan kembali secara produktif dan memberikan manfaat yang lebih luas.
Adaptive fashion sendiri merujuk pada setelan pakaian yang dapat dikenakan oleh penyandang disabilitas fisik dan sensorik yang kerap mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan ketika mengenakan pakaian yang umum ditemukan di pasaran. Beberapa kesulitan yang dialami misalnya mereka yang mengalami keterbatasan motorik bisa kesulitan untuk mengancing baju pakaian mereka, atau seseorang yang mengenakan kursi roda merasa pakaian yang beredar di pasaran cenderung terlalu ketat dan menghambat pergerakan mereka.
Salah satu contoh pengalaman yang dirasakan dari fashion yang belum adaptif dirasakan oleh Ellie Cole, seorang atlet renang Paralympic yang telah meraih 17 medali dan pemenang 10 pertandingan internasional. Kaki kanan Cole bergantung pada kaki prostetik karena kanker yang diidapnya saat berusia 3 tahun. Selama berganti pakaian, Cole menghabiskan waktu lebih dari 20 menit untuk memakai celana karena kesulitannya untuk menyesuaikan dengan kaki prostetik miliknya. ‘’ Saya menyambut apa pun untuk mengenakan pakaian secara lebih mudah.
Tetapi hingga saat ini, pakaian selalu dibuat untuk orang yang memiliki dua tangan dan dua kaki dan dapat menggantinya tanpa berpikir dua kali. Mungkin memang desain pakaian modern tidak dibuat untuk pemilik kaki prostetik sepertiku,’’ ungkap Cole saat diwawancarai oleh Harpers Bazaar.
Cole adalah satu dari satu miliar orang di seluruh dunia yang hidup dengan kondisi disabilitas - sebuah kelompok yang dijuluki PBB sebagai "kelompok minoritas terbesar di dunia". Di Indonesia sendiri, sebanyak 7 juta orang penduduknya merupakan kelompok disabilitas yang juga mengalami tantangan di tengah industri fashion yang belum adaptif di pasaran. Inovasi dalam adaptive fashion diperlukan karena menawarkan bentuk dan desain pakaian yang lebih mudah untuk diakses, misalnya kancing dengan model magnet atau Velcro dan inovasi sepatu tanpa tali yang bisa dikenakan langsung.
Kebutuhan akan adaptive fashion menjadi penting untuk dihadirkan melihat jumlah penyandang disabilitas yang tidak sedikit. Fashion brand bisa memainkan perannya untuk terlibat secara aktif untuk mewujudkan inklusivitas dalam menerapkan adaptive fashion, namun sayangnya brand mainstream yang telah membuka diri terhadap kebutuhan ini masih sedikit. Kabar baik tentang perkembangan adaptive fashion dalam brand ini berhasil dibuka oleh Tommy Hilfiger yang meluncurkan koleksi adaptive fashion perdananya di tahun 2016.
Melalui koleksi Tommy Adaptive, brand tersebut memiliki goals untuk menghadirkan style klasik yang dapat memberikan kenyamanan dalam berpakaian untuk penyandang disabilitas. Untuk memberikan kemudahan dalam belanja dan memilih produk yang tepat, Tommy Hilfiger membagikan produknya ke dalam beberapa kategori seperti easy-closure merupakan pakaian dengan desain kancing magnet yang mudah dikaitkan, comfort yang menyediakan pakaian dengan bahan yang lentur dan sensory-friendly, hingga seated wear yang berisi pilihan pakaian khusus untuk pengguna kursi roda.
Inovasi produk adaptive fashion juga turut dikembangkan oleh brand Marks & Spencer yang mengeluarkan koleksi Easy for Kids. Melansir dari website-nya, koleksi tersebut diperuntukkan untuk memberikan kemudahan bagi anak-anak disabilitas agar tetap bisa berpakaian dengan nyaman. Pilihan pakaiannya pun cukup bervariasi, mulai dari hip dysplasia clothes, feeding tube clothing, dan zip-up bodysuits.
Pada 2021, Nike meluncurkan koleksi hands free sneakers pertama mereka, Go Flyease. Alih-alih menggunakan tali atau tali, sepatunya menggunakan gelang karet tensioner dan desain engsel yang dapat terbuka dan tertutup, jadi pemakainya hanya perlu menyelipkan kaki dan menekan ke bawah untuk mengenakannya.
Menjamurnya brand fashion yang mulai mengaplikasikan adaptive fashion pada koleksi mereka tidak hanya memberikan akses lebih mudah bagi mereka para penyandang disabilitas, namun juga memberikan iklim industri fashion yang inklusif. Fashion sudah sepatutnya bisa dinikmati oleh semua orang – baik dari latar belakang maupun kondisi fisik dan mental. Sebagai sarana ekspresi dan kenyamanan bagi kehidupan sehari-hari, menjadikan adaptive fashion sebagai tren diskusi sangat penting untuk digalakkan agar publik bisa lebih aware dengan topik ini.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!