Jika kamu sering menghabiskan waktu menelusuri media sosial, kamu mungkin pernah melihat orang-orang yang mengenakan sepasang sepatu boots besar berwarna merah yang mengingatkan pada sepatu Astro Boy. Walaupun dianggap hanya lelucon, sepatu boots Astro Boy tersebut telah dirilis pada 16 Februari 2023. Harga sepatu Astro Boy dijual dengan harga US$350 atau sekitar Rp5,3 juta.
Tren ini telah menghasilkan beberapa desain yang sangat unik, mulai dari sepatu boots Tabi ikonik dari Margiela hingga sepatu boots UGG setinggi paha dari Y/Project, serta slide berbentuk katak dan sepatu hak bertumit cakar kucing dari JW Anderson. Namun, tidak semua sepatu "ugly" terlihat aneh. Beberapa sepatu yang secara visual sederhana dan tidak menarik, seperti Crocs, clogs, dad sneakers, dan Birkenstock, pada suatu waktu menjadi tren mode yang sangat populer.
Fesyen saat ini dipengaruhi oleh era internet dan dampaknya pada media sosial. Pertanyaan tentang mengapa sepatu-sepatu aneh ini terus muncul memiliki jawaban yang jelas. Menurut stylist Vanya Harahap, tren ini mungkin muncul karena banyak orang bersedia membeli sepatu-sepatu ini hanya untuk mendapatkan popularitas di platform media sosial seperti Instagram.
Bukan hanya tren mode, tetapi menjadi viral di media sosial telah menjadi dorongan kuat bagi munculnya sepatu-sepatu yang mencengangkan dan memutar realitas ini. Internet adalah tempat yang ramai dan dipenuhi dengan banyak konten. Oleh karena itu, sepatu-sepatu dengan desain unik dan mengejutkan, seperti sepatu boots hak tinggi dengan empat jari kaki dan tekstur yang mirip dengan organ manusia dari AVAVAV, menjadi sangat efektif dalam menarik perhatian dan menjadi topik pembicaraan di dunia maya. Terlepas dari apakah orang menyukainya atau tidak, sepatu-sepatu ini pasti akan mendapatkan banyak interaksi dan perhatian di platform online.
Gagasan ini juga masuk akal apabila melihat perubahan-perubahan dalam industri fesyen yang terjadi karena Internet, terutama dalam hal tumbuhnya budaya penggunaan gimmick untuk meningkatkan kehidupan media sosial.
Hal ini terlihat dari bagaimana peragaan busana dilakukan pada masa kini. Jenama seperti Coperni dan AVAVAV baru-baru ini memilih pendekatan yang lebih teatrikal untuk presentasi mode mereka. Coperni mengirimkan Bella Hadid tanpa busana di panggung runway dan mengecat gaun slip-on di tubuhnya, dan AVAVAV menampilkan model jatuh dengan sengaja di runway.
Beate Karlsson, direktur kreatif AVAVAV, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan 032C bahwa dia memilih untuk mempresentasikan koleksinya dengan cara ini untuk memaksimalisasikan kegunaan Internet sebagai alat untuk menarik perhatian di dunia digital.
Walaupun demikian, presentasi fesyen yang dramatis bukanlah suatu hal yang baru, namun praktik tersebut belakangan ini mulai dilupakan. Tetapi, adanya penekanan untuk menjadi viral pada masa kini telah memicu kebangkitan presentasi fesyen yang dramatis ini, dan dengan cara yang sama berkontribusi pada semakin populernya sepatu “ugly” ini.
Walau begitu, pemikiran bahwa tren ugly shoes muncul karena semata-mata didorong oleh keinginan untuk menjadi viral meremehkan substansinya sendiri karena sepatu-sepatu ini membentuk suatu lanskap fesyen baru yang mengaburkan garis antara nyata dan tidak nyata.
Seperti dijelaskan MSCHF, perkumpulan kreatif di balik sepatu boots Astro Boy, yang didesain untuk menjadi sarana dalam membawa diri virtual ke dunia fisik. Loewe juga membuat pernyataan serupa dengan koleksi musim semi 2023 mereka yang menampilkan sepatu sport yang dapat menumbuhkan rumput.
Dalam dunia mode, tren sepatu "ugly" telah melahirkan desain-desain unik, seperti sepatu boots Tabi dari Margiela, sepatu boots UGG setinggi paha dari Y/Project, slide berbentuk katak, dan sepatu heels bertumit cakar kucing dari JW Anderson. Namun, tidak semua sepatu "ugly" terlihat aneh, beberapa sepatu seperti Crocs, clogs, dad sneakers, dan Birkenstock, pada suatu waktu, pernah menjadi tren mode yang populer meskipun tidak menarik secara visual.
Perubahan mode ini dipengaruhi oleh keterpaparan kita yang terus menerus terhadap teknologi virtual, yang telah mengubah tidak hanya penampilan kita, tetapi juga identitas kita. Kehadiran media sosial, terutama Instagram, memainkan peran penting dalam mempopulerkan sepatu-sepatu aneh ini. Kemunculan sepatu-sepatu dengan desain mencolok seperti itu efektif dalam menarik perhatian pengguna media sosial dan menciptakan buzz di internet.
Beberapa desainer, seperti Karina Nasywa, melihat tren ini sebagai perubahan positif yang menyatakan bahwa industri mode menjadi lebih terbuka terhadap inovasi dan persepsi kecantikan serta mendorong inklusivitas. Para desainer mencoba untuk mendefinisikan kembali konsep kemewahan dengan memperkenalkan sepatu-sepatu "ugly" ke dalam mode mewah.
Desainer seperti Phoebe Philo dari Celine dan Demna Gvasalia dari Balenciaga adalah beberapa yang telah berhasil mempengaruhi persepsi terhadap sepatu-sepatu "ugly". Philo memberikan sentuhan gaya pada Birkenstock, menjadikannya tren mode yang nyaman dan stylish. Sementara itu, Gvasalia menciptakan ulang sepatu-sepatu yang dianggap biasa dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi, membuktikan bahwa barang-barang sederhana pun dapat menjadi fesyen kelas atas.
Tren sepatu "ugly" juga mencerminkan pengaruh generasi Z di industri fesyen. Generasi Z mengekspresikan identitas individu mereka melalui pakaian dan gaya yang unik, mencari kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Dengan daya beli yang kuat, preferensi generasi Z memiliki pengaruh yang signifikan di pasar fesyen global.
Jadi, tren sepatu "ugly" bukan sekadar trik untuk menarik perhatian, tetapi juga menantang persepsi kita tentang kecantikan dan identitas. Mereka mengingatkan kita bahwa kecantikan adalah hal yang subjektif dan dapat ditemukan bahkan dalam hal-hal yang tidak terduga. Industri fesyen terus berubah dan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin berkembang ini, menghadirkan gaya yang lebih personal dan individualistis.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!