Business of Fashion menyebut, industri fashion berada pada posisi siaga tinggi pada awal tahun karena titik harga pada laporan akhir tahun 2019 yang tidak baik. Diperparah dengan pandemi yang kemudian membuatnya semakin suram. Terjadi penurunan penjualan sebesar 34 persen pada periode Januari-Maret 2020, kala pandemi COVID-19 muncul. Pada akhir tahun, berdasarkan analisis McKinsey Global Fashion Index (PDF), tingkat laba jatuh hingga 90 persen dibanding 2019.
Sepanjang 2020, industri fashion terancam oleh tingginya risiko bangkrut. Para pemimpin industri perlu mengubah strategi dan model bisnis baru untuk bertahan. Pilihan-pilihan pahit pun pada akhirnya tak terelakkan, mulai dari menutup ribuan gerai di seluruh dunia, memecat karyawan, hingga membatalkan gelaran fashion show. Berikut strategi modest fashion yang bisa kamu tiru untuk survive di tengah era new normal saat ini :
Karena penerapan lockdown selama pandemi, memaksa perusahaan di seluruh rantai nilai fashion untuk meninjau kembali operasi saat ini. COVID-19 telah mempercepat peralihan ke digital dalam rantai distribusi melalui e-commerce, tidak terkecuali industri fashion. Konsumen pun beralih pada pembelian online.
Perubahan perilaku ini membuat banyak perusahaan fashion menutup gerainya dan ikut beralih memanfaatkan teknologi digital. Berbagai label mode memaksimalkan media sosial dan platform e-commerce untuk mendorong akselerasi penjualannya. Label mode pun memilih mempekerjakan selebgram atau influencer untuk menyiasati biaya promosi. Tak hanya itu, banyak label juga memberikan diskon besar-besaran untuk mendongkrak penjualan langsung melalui laman resmi mereka.
Pada kenyataannya pandemi COVID-19 tidak hanya mengubah lanskap bisnis, tapi juga menggeser tren busana. Krisis yang terjadi mendorong percepatan tren sustainable fashion. Konsumen semakin memperhatikan model bisnis yang meminimalisasi limbah. Hal itu meningkatkan ekspektasi masyarakat akan produksi busana berkelanjutan yang memiliki tujuan tertentu. Kondisi ini mempercepat keterlibatan industri fashion dengan teknologi digital dan kebutuhan untuk memikirkan kembali agenda fashion.
Seperti koleksi musim gugur dan dingin pada tahun 2019, Stella McCartney menghadirkan fashion item yang sebagian besar dibuat dari sustainable viscose yang bersumber dari hutan bersertifikat, katun organik, hingga Eco-canvas.
Promosi yang baik adalah yang tidak sekadar berjualan, melainkan memberi edukasi yang bermanfaat bagi konsumen. Terutama bagi para milenial dan Gen-Z yang sudah lebih sadar akan pentingnya visi dan misi yang dibawa dari brand pilihan mereka, dialog interaktif dapat memberikan daya tarik lebih.
Seperti dalam gelaran fashion show untuk koleksi Fall/Winter 2019 di Paris Fashion Week, fashion brand Stella McCartney membuat sebuah kampanye sosial di Instagram bertajuk #ThereSheGrows. Setiap profil yang mengunggah post dengan hashtag #ThereSheGrows menghiasi panggung peragaan busana yang dicetak dan ditampilkan di runway. Hastag 'ThereSheGrows' merupakan sebuah dedikasi untuk salah satu orang paling spesial yang dihadiahkan satu pohon, baik itu keluarga, pasangan, sampai sahabat tersayang. Dimana setiap unggahan akan dihitung sebagai bentuk donasi yang akan ditujukkan kepada Canopy Planet untuk melindungi kelestarian Kawasan Ekosistem Leuser yang terancam punah di Indonesia.
Beberapa strategi modest fashion di atas bisa menjadi contoh sebagai strategi bisnis yang bukan hanya mendatangkan keuntungan, namun berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Baik rumah mode terkemuka ataupun bisnis skala kecil. Di sisi lain, kondisi ini juga mempercepat pendekatan akan keberlanjutan dan pembangunan bisnis yang bertanggung jawab. semoga uraian di atas bisa memberikan inspirasi untuk keberlangsungan fashion brand yang kamu miliki.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!