Perlahan tapi pasti, batasan gender dalam dunia fashion semakin kabur, apalagi maraknya pria pakai rok wanita. Item-item yang dulunya hanya menjadi milik pria kini dipakai secara reguler oleh kaum wanita. Bahkan sekarang telah menjadi hal yang lumrah.
Sebelum tahun 1800, celana panjang umumnya merupakan gaunnya kaum pria. Namun, norma ini dilewati ketika Vivandiere (wanita yang terikat pada resimen militer) memakai seragam khusus dengan perpaduan gaun dan celana panjang.
Ini awal mula terbentuknya era fashion androgini. ‘The Flapper Style’ yang diperkenalkan Paul Poiret dan Coco Chanel pun kian mempertegas celana panjang sebagai item fashion wajib untuk kaum wanita.
Pengaruh androgini dalam dunia fashion pun semakin meluas. Kini tak hanya perempuan yang normal menggunakan item fashion pria. Sebaliknya, di zaman sekarang pria seringkali menggunakan item fashion perempuan.
Pada tahun 2002, Jean Paul Galtier memberikan sentuhan feminin pada pria melalui item fashion rok. Saat itu, banyak yang beranggapan bahwa karya Galtier sebagai kombinasi sempurna antara sisi maskulin dan feminim.
Hanya saja, gerakan yang diusung Galtier masih belum memberikan dampak besar kepada masyarakat. Mungkin Galtier terlalu dini, sebab penggunaan rok pada pria baru benar-benar dimulai tahun 2018 lalu.
Thom Browne adalah sosok yang berjasa menegaskan inovasi Galtier ke masyarakat. Secara konsisten, Browne menampilkan pria-pria yang menggunakan rok di atas catwalk. Usahanya pun kini membuahkan hasil.
Laporan Lyst menempatkan rok-rok karya Browne ke dalam sepuluh besar item buruan pada tahun 2021. Dan sebagai informasi, itu adalah kali pertama dalam sejarah rok bisa menembus sepuluh besar jajaran pakaian pria yang banyak dicari.
“Saya merasa rok selalu menjadi sebuah ‘tren’, tetapi melihat orang sungguh-sungguh membelinya dan memiliki opsi itu adalah sebuah langkah bagus,” kata penulis Vogue, Christian Allaire.
Penggemar rok karya Thom Browne, Chris Black, mengatakan: “Sudah pasti ini melewati batas normal saya, tapi satu hal yang akan saya lakukan lagi. Cantik, sederhana, dan nyaman - saya juga tidak keberatan dengan semua perhatian itu.”
Selama ini, rok selalu diasosiasikan sebagai item fashion untuk kaum wanita. Namun jika menilik sejarah, rok merupakan jenis pakaian yang lazim untuk kaum pria. Khususnya buat mereka yang hidup sebelum abad ke-14.
Jo Paoletti, seorang pemerhati sejarah pakaian di Amerika Serikat, mengutarakan bahwa kaum pria Eropa kerap memakai rok. Mereka memakai rok untuk memudahkan berkendara menggunakan kuda.
Paoletti juga menjelaskan bahwa banyak anak muda Amerika yang menggunakan rok. Ini dilakukan sampai mereka sudah cukup dewasa untuk memakai celana panjang. Dari sini, Paoletti berkesimpulan kalau rok “tidak hanya dikaitkan dengan menjadi [wanita], tapi juga menandakan masih muda atau belum menjadi pria dewasa.”
Namun pada akhirnya, setidaknya sampai sekarang, rok masih dianggap sebagai item fashion untuk wanita. Masyarakat masih sulit untuk menerima saat melihat seorang pria menggunakan rok dalam kehidupan sehari-hari.
“Tidak apa-apa buat perempuan untuk mengadaptasi pakaian pria, dan itu berhubungan dengan perbedaan kekuatan dan status maskulinitas dan feminitas. Buat pria, mengadaptasi sesuatu yang feminim terlihat seperti melepaskan kekuatannya,” kata Paoletti lagi.
Namun bukan tidak mungkin penggunaan rok pada pria akan menjadi lumrah di masa depan. Terlebih dengan semakin banyak figur publik pria yang menjadikan rok sebagai salah satu item fashion-nya.
Penyanyi sekaligus aktor berkebangsaan Inggris, Harry Styles, pernah muncul dalam majalah Vogue dengan balutan rok untuk menutupi sisi bawahnya. “Saya menyadari sedang melihat pakaian wanita, berpikir bahwa itu luar biasa,” kata Styles.
Aktor populer yang pernah memerankan tokoh Joker di film Suicide Squad, Jared Leto, juga pernah memunculkan diri menggunakan rok di depan umum. Leto memadukan rok hitam sebagai outer bawahan yang menutupi celana panjangnya.
Sejarah fashion androgini pun mendukung adanya perubahan persepsi soal pria yang menggunakan rok. Desainer asal Belanda, Jorge Dugan, mengatakan kalau pergerakan yang dilakukan wanita di era 1851 turut membantu menormalisasi pemakaian item fashion wanita pada pria.
“Masyarakat, secara umum, masih belum siap untuk hal-hal baru. Tapi berkat para wanita itu [di zaman dahulu] yang memutuskan untuk menggunakan celana, sekarang itu jadi hal yang normal,” tutur Dugan.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!