Monday, 01 January 2022

Ketika Media Sosial Mengubah Mindset Fashion Pesepakbola

Media sosial seperti membuka peluang bagi banyak orang untuk mengekspresikan dirinya di depan umum.
February 13, 2023  | Yaumil Azis
media sosial mindset fashion pesepakbola
 

Bukan cuma melalui opini, tapi juga gaya berpakaian. Pesepakbola, bisa dibilang, cukup terbantu dengan kemajuan sosial media. Ya, media sosial telah mengubah mindset fashion pesepakbola.

Popularitas pemain sepak bola di era sebelum media sosial terbilang cukup kuat. Hal ini dikarenakan adanya bantuan media lama yang kerap mengikuti keseharian mereka di luar lapangan.

Nah, seperti yang dituliskan, pesepakbola membutuhkan media lama untuk mendapatkan popularitas. Sehingga tidak heran jika beberapa yang lain kesulitan untuk mendapatkan panggung sebesar David Beckham.

Media sosial pun muncul dan mampu mengubah mindset fashion pesepakbola. Publik, tanpa adanya batasan gender hingga profesi, bebas mengekspresikan diri. Pesepakbola pun memanfaatkan kecanggihan media sosial untuk membangun panggungnya sendiri.

Panggung Pesepakbola

Bicara media sosial tidak bisa lepas dari mantan bintang Manchester United, Cristiano Ronaldo. Pria asal Portugal ini memiliki 500 juta pengikut di media sosial Instagram dan menjadi manusia pertama yang berhasil mendapatkan pencapaian ini.

Cristiano Ronaldo. Foto milik Cristiano Ronaldo.

Dengan pengikut sebanyak itu, Ronaldo bisa mengumpulkan pundi-pundi uang yang lebih banyak. Menurut catatan, Ronaldo berpotensi mengantongi uang sebesar 2.3 juta dollar dari setiap unggahan di Instagram!

Popularitas ini bisa membuat seorang pemain menjadi lebih besar dari klubnya. Sangat berbeda dengan era sebelum media sosial hadir, di mana klub kerap menjadi titik perhatian pecinta sepak bola ketimbang para pemainnya.

Ketika itu, pemain harus benar-benar standout dengan skill dan berbagai pencapaian individu jika ingin mendapatkan spotlight. Atau mungkin harus disepakati memiliki kegantengan setara dengan Beckham.

Kini pesepakbola tidak lagi memiliki batasan. Dengan pengikut berjumlah besar, mereka mampu menyedot perhatian endorser untuk bekerja sama. Industri fesyen pun tampaknya mulai mengarahkan perhatiannya ke dunia sepak bola.

Baca juga:   Tips Kembalikan Pakaian Melar ke Ukuran Semula Agar Dapat Kembali Berguna

Media Ekspresi Fesyen

Beberapa pemain sepak bola di zaman sekarang terbilang melek dengan fesyen. Salah satunya mantan pemain Arsenal yang sekarang membela Barcelona, Hector Bellerin.

Hector Bellerin. Foto milik Hector Bellerin.

Kamu bisa dengan mudah mendapatkan tips-tips berpakaian ala Hector Bellerin jika menelusuri mesin pencarian google. Padahal secara prestasi individu, Bellerin jauh dari bintang ternama seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Bellerin cermat dalam memilah-milah pakaian untuk tampil di hadapan publik, dengan lingkup di luar lapangan. Ini membuat beberapa jenama dan perancang busana tertarik mengajaknya berkolaborasi. Salah satunya H&M.

Projek kolaborasi ini terjadi pada tahun 2021, ketika Bellerin masih berseragam Arsenal. Ia bekerja sama dalam koleksi kapsul pria bertajuk ‘Edition by Hector Bellerin’. Bahkan sang pemain turut terlibat dalam proses desain dan pemilihan kain.

Ketertarikan dengan dunia fesyen, ditambah popularitas karena media sosial, memperlebar sayap relasi Bellerin. Kerja sama the Gunners dengan jenama 424 pun tidak bisa lepas dari jasa Bellerin yang mengenal perancang busana kenamaan, Guillermo Andrade.

Beda dengan Zaman Dulu

Kebebasan berekspresi, khususnya dalam hal fesyen, sulit didapatkan oleh pesepakbola zaman dulu. Selain karena absennya media sosial, hal ini juga dipengaruhi kerasnya rundungan rekan setim saat menyangkut pakaian.

media sosial mindset fashion pesepakbola
Nedum Onouha. Foto milik Jrppezza.

Mantan pemain Manchester City dan Queen Park Rangers, Nedum Onuoha, merupakan salah satu saksi matanya. “Pada awal karier saya, di awal 2000-an, ada budaya yang hampir seperti merundung,” katanya kepada the Athletic.

“Jika anda datang mengenakan sesuatu yang orang-orang tak suka, mereka benar-benar menggunting baju kamu, atau bisa menggantung sepatu anda di suatu tempat yang tak bisa kamu jangkau,” lanjutnya.

Rundungan ini membuat pesepakbola harus tampil sesederhana mungkin dengan pakaian olahraga seadanya. “Cukup dengan sesuatu yang sangat mendasar. Baju olahraga Nike: itulah kamuflasenya,” tutur Onuoha lagi.

Baca juga:   Inclusive Fashion: Meredefinisi Standar Kecantikan dan Ukuran di Indonesia

Citra yang Buruk

“Don’t judge the book by it’s cover” tidak berlaku di dunia sepak bola kalau sudah berbicara soal fesyen. Beberapa pelakunya bahkan tidak sungkan memberikan citra buruk saat seorang pemain mengenakan pakaian yang berlebihan.

media sosial mindset fashion pesepakbola
Sir Alex Ferguson. Foto milik Gordon Flood.

Mantan pelatih Leeds United, Brian Clough, mengaku pernah mengurungkan niat merekrut Gary McAllister. Alasannya karena sang pemain tiba dalam proses negosiasi kontrak mengenakan sepatu boots ala koboi.

Pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, juga pernah yakin bisa mengalahkan Liverpool pada final FA Cup 1996. Alasannya adalah karena sang lawan muncul di Wembley Stadium dengan mengenakan setelan berwarna putih sebelum pertandingan.

“Saya bilang ke [asisten pelatih] Brian Kidd, ‘1-0’. Karena itu [pakaian pemain Liverpool]. Itu konyol, benar-benar konyol,” kata Ferguson, seperti dikutip the Athletic.

“Kemeja biru, dasi merah dan putih dan jas putih, serta bunga biru. Siapa yang merancang pakaian itu? Mereka bilang Armani. Saya percaya penjualannya menurun,” lanjutnya.

Zaman Telah Berubah

Onouha cukup beruntung karena bisa menyaksikan perubahan zaman dengan mata kepalanya sendiri. Sekarang pesepakbola sudah bebas mengekspresikan diri dengan fesyen berkat adanya media sosial.

media sosial mindset fashion pesepakbola
Ilustrasi sepak bola. Foto milik Jannik Skorna.

“Media sosial menandakan bahwa setiap orang memiliki jenamanya sendiri. Sekarang sudah menjadi normal untuk membagikan gambar anda sendiri. Dulu, kami masih berdebat karena selfie,” kata Onouha.

Tempat latihan klub kini dipenuhi oleh pemain-pemain yang melek fashion. Onouha bisa melihat perubahan ini selama berstatus sebagai pemain Manchester City dari tahun 2004 hingga 2012.

“Dulu ada pemain muda di Man City, usianya sama seperti saya.  Dia dikenal sebagai ‘Mr Louis Vuitton’ karena memiliki bagasi penuh dengan 50, 60 pasang sepatu Louis Vuitton. Harganya pasti ribuan [pounds],” tutur Onouha lagi.

Baca juga:   5 Style Lily-Rose Depp Bintang 'The Idol' yang Hits

Adanya media sosial membuat pemain-pemain bisa berekspresi lebih melalui fesyen, dan tentunya mengumpulkan pundi-pundi uang dari hasil kerja sama dengan jenama besar.


With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!

Reference: 
https://highxtar.com/hector-bellerin-and-guillermo-andrade-explain-the-collaboration-between-424-and-arsenal/?lang=en (Diakses pada: 16 Desember 2022)

New Straits Times. https://www.nst.com.my/lifestyle/flair/2021/02/666142/hector-bellerin-and-hm-collaborate (Diakses pada: 16 Desember 2022)

https://www.hopperhq.com/blog/2022-instagram-rich-list/ (Diakses pada: 16 Desember 2022)

https://theathletic.com/3224196/2022/04/04/footballers-fashion-and-how-a-players-image-is-now-more-important-than-ever/ (Diakses pada: 16 Desember 2022)
Copyright © 2023 - Style by Laruna - All rights reserved
chevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram