Siapa sih yang gak tahu apa itu kebaya? Kebaya merupakan salah satu pakaian tradisional wanita Indonesia yang biasa dikenakan dengan sarung, batik, songket atau pakaian rajutan tradisional lainnya. Kebaya secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu ‘abaya’ yang berarti pakaian. Kemudian berkembang dan dikenal dengan sebutan kebaya.
Sebelum tahun 1600, kebaya di pulau Jawa dianggap sebagai pakaian khusus yang hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan atau bangsawan. Namun setelahnya, kebaya juga diadopsi oleh masyarakat umum, seperti para pedagang dan petani wanita di Jawa.
Walaupun merupakan pakaian tradisional wanita Indonesia, umumnya kebaya merupakan jenis pakaian yang dipakai oleh wanita Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah. Pada dasarnya kebaya Jawa sering dipasangkan dengan kemben atau kain tapih pinjung. Kebaya dapat dikenakan baik untuk acara formal maupun kegiatan sehari-hari.
Biasanya untuk acara formal seperti upacara atau acara pernikahan, baju kebaya yang digunakan dilengkapi dengan perhiasan dan corak kebayanya lebih glamour dengan warna-warna yang indah.
Sedangkan untuk sehari-hari, umumnya wanita Jawa hanya memakai kemben yang dipadukan dengan stagen (semacam korset kain panjang yang dililit di perut dan pinggang) dan kain jarik.
Filosofi kebaya itu sendiri diartikan sebagai bentuk kehalusan, kesederhanaan dan tindak-tanduk atau perilaku wanita yang lembut. Itulah mengapa kebanyakan wanita Jawa sangat halus dan lemah gemulai.
Mengenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya menjadi pribadi yang anggun dan memiliki kepribadian yang baik. Potongan kebaya yang cenderung melekat mengikuti bentuk tubuh membuat wanita harus bisa menyesuaikan dan memposisikan dirinya dengan baik. Mengenakan kebaya dengan balutan stagen (korset atau kain) merupakan simbol kesabaran dan erat kaitannya dengan peribahasa jawa “dowo ususe” atau panjang ususnya yang dapat diartikan bersifat sabar.
Wani ing tata ini berarti wanita memahami betul tata krama sekaligus bebas berekspresi menggunakan pakaian yang dipakainya dan mempertahankan budaya negaranya. Konsep wani ing tata dalam kebaya sejatinya adalah konsep luhur yang menempatkan wanita dalam posisi yang terhormat.
Kata wanita sendiri sebenarnya merupakan status fungsi dari ketiga fungsi yang dijalankan oleh wanita selain halnya "wanodya" dan "putri". Ketiganya menyimbolkan adanya multifungsi peran wanita baik sebagai pengasuh, pendidik, maupun penyeimbang. Hal itu terdapat dalam contoh munculnya Ratu Shima, Tribhuana Tungga Dewi, maupun juga Suhita dalam kepemimpinan Jawa.
Dalam hal ini, pula berlaku pula konsep turunan dari "wani ing tata" yakni "prameswari" dan juga diartikan sebagai bentuk hadirnya wanita utama sedangkan ardhananeswari sendiri dapat dipahami sebagai bentuk wanita perkasa.
Kesalahpahaman arti dari konsep wani ing tata muncul karena sistem patriarki yang kemudian mereduksi konsep "wani ing tata menjadi bagian sistem patriarki. Konteks "wani" tidak lagi dimaknai sebagai bentuk aktualisasi diri status perempuan, akan tetapi lebih kepada pemenuhan kepentingan suami. Itulah mengapa orang-orang banyak yang mengatakan jika arti dari konsep wani ing tata adalah wanita berani ditata atau tunduk pada perintah laki-laki.
Melihat penjelasan diatas, kira-kira bagaimana komentar kamu?
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!