Siapa yang tak kenal Louis Vuitton? Rumah mode mewah asal Prancis ini telah menjadi ikon gaya hidup global. Namun, tahukah Anda bahwa di balik kesuksesan gemilang Louis Vuitton selama satu dekade terakhir, ada sosok visioner yang berperan besar dalam mengubah wajah merek ini? Yes, Nicolas Ghesquière jawaban dibalik segarnya inovasi Louis Vuitton!
Sejak mengambil alih posisi direktur artistik pada tahun 2014, Ghesquière berhasil membawa angin segar ke dunia fashion. Dengan gaya yang khas, memadukan estetika futuristik dengan sentuhan klasik, ia berhasil memikat hati para fashionista di seluruh dunia. Ingatkah Anda dengan koleksi perdananya? Jaket kulit hitam berpotongan A-line, mini dress tahun 60-an, dan tas Petite Malle yang ikonik? Kombinasi yang berani namun elegan ini langsung menjadi ciri khas baru Louis Vuitton.
Ghesquière tidak hanya sekadar mengikuti tren, ia menciptakan tren. Setiap koleksinya selalu dinantikan dan sering kali menjadi bahan perbincangan di kalangan pecinta mode. Dalam perayaan satu dekade kepemimpinannya, Ghesquière kembali menghadirkan koleksi yang spektakuler, membuktikan bahwa kreativitasnya tak pernah habis.
Pada saat itu, Ghesquière baru saja menyelesaikan masa jabatan 15 tahun yang sangat berdampak dan diakui secara kritis sebagai direktur kreatif Balenciaga, sebuah peran yang memantapkan statusnya sebagai bintang dunia fashion dan membuatnya mendapatkan reputasi sebagai desainer paling orisinal dari generasinya.
Berhasil mengisi posisi yang ditinggalkan oleh desainer Amerika Marc Jacobs tidak selalu dijamin. Bagaimanapun, Jacobs adalah direktur kreatif ready-to-wear pertama di Louis Vuitton, yang telah menciptakan bahasa desain yang sepenuhnya baru dan fantastis dengan penekanan pada set yang dramatis.
Pada gelaran runway tersebut, tepat sebelum pertunjukan dimulai, tirai logam berkedip terbuka. Cahaya itu membangunkan penonton, dan Freja Beha Erichsen melangkah ke landasan pacu dengan jaket kulit hitam berkilau yang menutupi paha, berpotongan A-line, dengan kerah karamel runcing dan lapel berlekuk.
Dibawahnya, terurai gaun mini krem yang mengingatkan pada era 60-an, sementara di tangannya tergenggam sebuah ikon baru: tas Petite Malle, versi mini dari koper legendaris Louis Vuitton. Ini adalah awal dari babak baru bagi rumah mode tersebut.
Dalam sebuah wawancara, Ghesquière mengungkapkan bahwa debutnya di Louis Vuitton adalah momen yang sangat berkesan. Reaksi positif dari publik membuatnya merasa sangat termotivasi. Ketika ditanya tentang karya favoritnya, ia memilih tampilan pertama dari koleksi perdananya.
Baginya, tampilan itu adalah fondasi dari segala sesuatu yang telah ia ciptakan untuk Louis Vuitton. Rasanya sangat memuaskan melihat desain tersebut terus menjadi inspirasi bagi banyak orang selama bertahun-tahun.Satu dekade kemudian, banyak editor merasakan perasaan nostalgia yang bersemangat saat mereka menjelajahi lapangan kerikil Louvre pada bulan Maret lalu, gong yang selalu ada bergema sekali lagi di latar belakang.
Dengan mengundang 4000 tamu, peragaan busana Musim Gugur/Musim Dingin 2024 menjadi ajang perayaan yang meriah. Ghesquière, yang tidak pernah berhenti bereksperimen, menghadirkan koleksi yang memadukan elemen-elemen klasik Louis Vuitton dengan sentuhan modern.
Beberapa desain, seperti jaket berbordir metalik dan tampilan berbulu, merupakan reinterpretasi dari koleksi-koleksi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bagaimana Nicolas Ghesquière terus mengembangkan estetika Louis Vuitton sambil tetap menghormati warisannya.
Ikuti berita terupdate seputar dunia fashion hanya di Laruna! Temukan tren terbaru, gaya hidup, dan tips fashion terkini untuk inspirasi penampilanmu.
