Apa yang ada saat ini di industri fashion tidak berkelanjutan. Kamu tahu? Industri fashion adalah pencemar industri terbesar kedua setelah penerbangan, menyumbang sampai 10% dari polusi global (Niinimäk et al., 2020).
Mengutip riset (Niinimäk et al., 2020), konsumsi global telah meningkat menjadi sekitar 62 juta ton pakaian jadi per tahun, dan diproyeksikan mencapai 102 juta ton pada tahun 2030. Selain itu, peningkatan konsumsi dan efisiensi produksi produk fashion membuat pakaian menjadi sangat rendah.
Biaya rendah semakin memperkuat fenomena membeli lebih banyak dan lebih jarang memakai barang, mendorong yang dinamakan fast-fashion. Akibatnya, berbagai merek fashion sekarang memproduksi hampir dua kali lipat jumlah pakaian saat ini dibandingkan dengan sebelum tahun 2000. (Niinimäk et al., 2020).
Adanya fast-fashion dan praktik konsumsi yang tidak berkelanjutan ini menghasilkan limbah tekstil dalam jumlah besar, yang sebagian besar dibakar, ditimbun, atau diekspor ke negara berkembang (Nature, 2020).
Hayo, siapa disini yang selalu beli baju baru karena malu kalau pake baju yang sudah pernah dipakai atau sudah terlihat di media sosial? Pakaianmu yang terbuang itu berakhir di tempat pembuangan sampah, membusuk, dan menyumbang pada emisi global yang memperburuk krisis iklim.
Sudah waktunya dunia berubah. Laporan yang dirilis oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) menunjukkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan kematian dan penderitaan di seluruh dunia, dan itu akan terus berlanjut. Jika suhu global naik lebih dari 1,5 °C di atas tingkat pra-industri, beberapa perubahan lingkungan bisa menjadi tidak dapat diubah (irreversible climate change).
Melihat urgensinya isu lingkungan dan krisis iklim, kedua proses produksi dan sikap konsumsi harus diubah. Maraknya advokasi dan kepedulian publik akan lingkungan dan isu krisis iklim telah mendorong industri fashion untuk berubah. Pernahkah kamu mendengar mengenai regenerative fashion? Istilah ini belum banyak diketahui orang, tapi kamu mungkin sudah pernah mendengar istilah “regenerative agriculture.”
Kedua istilah memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki lingkungan. Pertanian regeneratif (regenerative agriculture) juga merupakan salah satu faktor penting dalam fashion yang berkelanjutan.
Lalu, apa sih yang dimaksud dengan pertanian regeneratif? Pertanian regeneratif adalah cara alternatif untuk menghasilkan makanan yang, menurut klaim para pendukungnya, memiliki dampak lingkungan dan/atau sosial yang lebih rendah atau bahkan positif bersih (Newton et al., 2020).
Definisi lain menurut laporan Cranfield Environment and Agrifood menyebut bahwa pertanian regeneratif adalah sistem prinsip dan praktik yang menghasilkan produk pertanian, menyerap karbon, dan meningkatkan keanekaragaman hayati di skala pertanian.
Pertanian regeneratif dapat dilakukan dengan menghindari pengolahan tanah, menghilangkan tanah gundul, mendorong keanekaragaman tanaman, perkolasi air, mengintegrasikan operasi peternakan dan penanaman di lahan pertanian. Beberapa sistem juga memprioritaskan minimalisasi pestisida dan pupuk sintetis yaitu pertanian organik regeneratif (Cranfield Environment and Agrifood, 2019).
Nah, regenerative fashion mengacu pada pakaian yang dibuat dengan cara yang mendukung sirkularitas, salah satunya pertanian regeneratif. Kenapa penting? baju-baju kita berasal dari sebuah tanaman, bahan kapas (cotton) contohnya.
Bagaimana cara brand bisa melakukan regeneratif fashion? Para brand yang menerapkan regenerative fashion hanya akan memproduksi barang dari pertanian yang regeneratif. Berikut salah satu contoh prinsip pertanian regeneratif yang diikuti oleh Unilever:
Walaupun istilah regenerative fashion terdengar sangat asing, banyak merek fashion menerapkan regenerative fashion dengan mendukung pertanian regeneratif, salah satunya, Gucci. Dengan Equilibrium Gucci, merek yang bergengsi ini bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk melaksanakan nature-positive climate strategy mereka. Salah satu strategi mereka yaitu berinvestasi pada pertanian regeneratif, kamu bisa baca selengkapnya di sini.
Selain slow-fashion atau upcycling, merek fashion bisa menjadi lebih berkelanjutan dengan menerapkan regenerative fashion. Pertanyaan “dari manakah makananku berasal?” sama pentingnya dengan “darimanakah bajuku berasal?” Mendukung pertanian regeneratif dapat menjadi salah satu solusi bagi brand untuk mengadopsi sustainable fashion, membantu memulihkan bumi, juga memberdayakan petani lokal.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!