Di tangan pembuat sepatu brand lokal di Bandung, sebuah brand membuat sepatu lokal dengan menggunakan kulit ceker ayam. Untuk mengetahui pembahasan lebih lanjut tentang hal tersebut, yuk cek ulasan berikut!
Sejarah sepatu kulit diketahui berawal dari kulit sapi itu lebih tua 400 tahun dari monumen Stonehenge dan 1000 tahun lebih tua dari Piramid Giza.
Sepatu kulit oertama itu, ditemukan dibuat menggunakan satu lembar kulit dan dibuat sesuai dengan ukuran pemakainya. Penemuan bersejarah ini terjadi Armenia tenggara diumumkan lewat jurnal Plos One.
Sepatu itu ketika ditemukan berisi jerami, sehingga para arkeolog tidak bisa menentukan apakah jerami itu dimasukkan agar kaki tetap hangat atau untuk menjaga agar sepatu tetap terjaga bentuknya.
Para penelitu tersebut mengungkapkan mereka tidak yakin apakah sepatu itu dipakai perempuan atau laki-laki. Hal itu dikarenakan ukurannya relatif kecil, sekitar ukuran 5 untuk perempuan Inggris atau 38 dalam ukuran sepatu di Indonesia.
Pada era saat ini, sepatu kulit umumnya terbuat dari kulit ular, kulit buaya atau yang materialnya cukup terbilang murah ialah sepatu dari kulit domba dan sapi. Nah bagaimana kalau sepatu lokal yang dibuat berasal dari kulit ceker ayam? Cek ulasan berikut!
Kreasi sepatu kulit ceker ayam mulanya diinisiasi oleh Nurman Farieka Ramdhany. Sebelumnya ia merupakan seorang pengusaha pembuat aksesoris seperti kalung dan gelang. Dikarenakan satu dan lain hal, bisnis tersebut terpaksa harus gulung tikar. Padahal saat itu, diketahui ia telah menghabiskan modal hingga ratusan juta rupiah.
Nurman pun akhirnya banting stir menjajal masuk ke industri produksi sepatu kanvas, yang akhirnya ia beri merek "Hirka" yang artinya merupakan "Dicintai". Seperti arti nama dibalik merek Hirka, Nurma ingin sepatu buatannya dicintai oleh masyarakat luas.
Ide membuat sepatu dari limbah kulit ceker ayam, dimulai pada tahun 2015, pada saat itu Nurman tengah terinspirasi dari jurnal ilmiah milik ayahnya yang meneliti soal penyemakan kuli ceker ayam, ikan pari, kulit kaki bebek, ikan tuna dan sebagainya.
Darisitulah ia mengungkapkan bahwa dia tertarik dengan limbah kulit ceker ayam. Menurutnya, limbah kulit ceker ayam memiliki value lain sebagai pengganti dari kulit eksotis lainnya seperti ular dan buaya.
Untuk itu, pria kelahiran 1995 ini akhirnya serius dengan ide tersebut dan mempraktikkannya pada produk sepatu buatannya. Ia mengaku ada kampanye terselubung terkait suistanable fashion dalam hal ini, ia mengatakan bahwa dirinya ingin menggantikan kulit eksotis lainnya ular dan buaya menggunakan limbah kulit ceker ayam.
Jadilah Nurman semakin yakin untuk menggiati bisnis sepatu menggunakan limbah kulit ceker ayam.
Untuk membuat sepatu limbah kulit ceker ayam, Nurman memerlukan material kulit ceker yang berdiameter besar. Hal itu dikarenakan, penyusunannya dan penempelan pada material lainnya agar tidak terlalu rumit.
Meski dibuat dari limbah kulit ceker ayam, produk sepatu buatan Nurman tetap menampakkan diri sebagai sepatu yang terlihat bernilai jual tinggi. Hal ini dikarenakan sepatu buatan Nurman nampak seperti sepatu yang dibuat dengan kulit ular atau kulit buaya.
Dalam hal ini diketahui, sebuah sepatu dengan bahan limbah kulit ceker ayam ini dibandrol dengan harga Rp 490 ribu hingga Rp 6 juta.
Atas hal tersebut, dari bisnis yang telah dijalani oleh Nurman ini, omzet sepatu dengan bahan utama limbah kulit ceker ayam ini telah menghasilkan ratusan juta setiap bulannya.
Walaupun harganya cukup terbilang mahal, sepatu berbahan baku kulit ceker ayam ini diminati warga dunia.
Tercatat, brand sepatu lokal Hirka ini telah memiliki pelanggan dari beberapa penjuru internasional di antaranya ialah Malaysia, Singapura, Jepang, Vietnam, Turki, Brazil dan Prancis.
Demikian ulasan tentang sepatu berbahan dasar limbah kulit ceker ayam. Semoga ulasan di atas dapat menjadi pembahasan yang membuat kamu makin bangga dengan produk fesyen asli karya anak bangsa!
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!