Dalam beberapa tahun terakhir, transaksi jual-beli barang bekas di lingkungan masyarakat melalui tatap muka secara langsung maupun lewat online sangat menjamur. Termasuk salah satunya terdapat pakaian bekas yang banyak diminati, karena harganya yang terjangkau dengan barang yang masih layak pakai dan bermerek.
Sebelumnya pakaian bekas telah dimiliki dan digunakan, kemudian dijual dan dimanfaatkan kembali oleh orang lain. Hingga pada akhirnya tidak terpakai dan dibiarkan terkumpul tanpa ada keinginan untuk menggunakan lagi, karena sudah tidak sesuai ukuran, gaya, atau berbagai alasan lainnya.
Padahal, jika dibiarkan terus-menerus pakaian bekas yang tidak terpakai tersebut dapat menjadi sumber masalah lingkungan, karena mereka memiliki andil besar pada peningkatan limbah dan dampak negatif lainnya jika tidak dikelola dengan baik dan benar.
Berikut adalah beberapa dampak negatif dari pakaian bekas yang sudah tidak dipakai lagi terhadap lingkungan, antara lain:
Pakaian bekas tak terpakai yang langsung dibuang tanpa melalui proses dengan benar hanya akan meningkatkan volume limbah di tempat pembuangan akhir. Bahan dasar pakaian yang sulit terurai seperti serat sintetis atau polyester dan nilon memerlukan waktu kurang lebih 20-200 tahun untuk dapat terurai, karena asal mula bahan pakaian ini berbahan dasar plastik sehingga dapat bertahan dalam lingkungan selama bertahun-tahun.
Perusahaan yang memproduksi pakaian melibatkan penggunaan sumber daya alam seperti air, bahan baku, energi dan masih banyak lagi lainnya. Jika pakaian jadi yang membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya hanya digunakan sebentar saja dan kemudian dibuang, semua sumber daya alam yang sudah diinvestasikan dalam proses produksi tersebut akan menjadi pemborosan yang sia-sia dan merugikan lingkungan.
Dalam proses produksi pakaian yang utamanya menggunakan bahan baku dari serat sintetis, biasanya menghasilkan emisi karbon dan polusi udara yang cukup besar. Sehingga, jika pakaian hanya digunakan beberapa kali saja sebelum akhirnya dibuang, hal ini akan berdampak pada jejak karbon terhadap jangka waktu penggunaannya menjadi relatif lebih besar.
Pewarna dan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi pakaian dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah, jika pakaian bekas yang sudah tak terpakai langsung dibuang begitu saja tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sisa-sisa zat kimia yang terdapat pada pakaian bekas ini bisa mencemari sumber air dan merusak ekosistem lingkungan.
Industri fast fashion yang membuat mode cepat berdampak pada timbulnya kebiasaan pembelian pakaian dalam jumlah besar dengan harga murah. Hal tersebut kemudian mempercepat siklus pakaian yang tidak terpakai, ini berarti lebih banyak pakaian dibuang dengan cepat yang mendorong peningkatan dampak lingkungan.
Pakaian bekas import seringkali dijual murah atau didonasikan ke negara-negara berkembang. Meskipun hal ini bisa membantu sebagian besar orang, tetapi juga terdapat potensi untuk industri pakaian lokal dan menciptakan ketidaksetaraan sosial di negara-negara tersebut.
Untuk mengurangi dampak negatif pakaian bekas tak terpakai terhadap lingkungan, beberapa tindakan yang dapat dilakukan meliputi :
Konsumen sebaiknya memilih untuk membeli pakaian yang berkualitas tinggi dan bisa bertahan dalam jangka waktu lama dalam pemakaiannya. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi kebutuhan akan pembelian pakaian baru secara teratur, sehingga limbah pakaian bekas juga akan berkurang.
Pakaian bekas yang sudah tidak terpakai tetapi masih layak pakai, bisa didonasikan atau didaur ulang ke organisasi yang menerima pakaian bekas untuk didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan atau diolah menjadi berbagai produk baru yang bisa dimanfaatkan kembali.
Saat ingin membeli pakaian yang baru cobalah untuk berpikir dua kali sebelum melakukannya, usahakan untuk membeli pakaian baru sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan semata. Pikirkan tentang kegunaan pakaian baru tersebut di kemudian hari, apakah bisa digunakan dalam jangka yang lama atau hanya sekali atau dua kali saja.
Tindakan lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi limbah pakaian bekas tak terpakai adalah melakukan konsep tukar pakaian, di sebuah komunitas atau organisasi yang menjadi wadah setiap orang untuk bisa saling bertukar pakaian. Dari kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai tambah fashion berkelanjutan, dan sebagai pengingat bahwa memiliki pakaian secukupnya sesuai dengan kebutuhan adalah pilihan yang lebih berkelanjutan juga.
Ketika membeli pakaian baru, pilihlah bahan yang lebih ramah lingkungan seperti bahan-bahan dari alam atau organik dan bisa didaur ulang untuk membantu mengurangi dampak dari limbah produksi fast fashion.
Tindakan lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi limbah pakaian bekas yang sudah tidak terpakai adalah, dengan mendukung merek dan desainer yang mengusung konsep mode berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam proses produksi pakaian.
Itulah beberapa dampak negatif dari pakaian bekas tak terpakai terhadap lingkungan, dan juga berbagai tindakan yang bisa dilakukannya untuk menguranginya. Dibutuhkan kesadaran masyarakat akan dampak lingkungan dari limbah pakaian bekas, tindakan setiap individu, dan kerjasama dari perusahaan fashion serta pemerintah untuk mengatasi masalah limbah ini demi menyelamatkan kehidupan dari kerusakan lingkungan.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!