Monday, 01 January 2022

Apa Itu Fast Fashion? Mengenal Sejarah dan Menguak Sisi Gelapnya

Fast fashion menawarkan kecepatan, tetapi sering kali mengorbankan keberlanjutan. Pilih pakaian yang bercerita, bukan hanya tren sesaat.
January 13, 2025  | Intan Giri
apa itu fast fashion
 

Apa Itu Fast Fashion? Mengenal Sejarah dan Menguak Sisi Gelapnya - Istilah fast fashion mungkin belum banyak diketahui bagi semua orang. Sebagian orang menyukai berbelanja di toko pakaian yang paling populer, selain harganya terjangkau tempat tersebut mudah diakses banyak orang. 

Barang paling nge-trend tersedia dengan sangat mudah. Sehingga tidak ada keraguan yang membuat kita menjadi merasa nyaman ketika membeli pakaian baru dan murah. Pada akhirnya memberi kepercayaan diri ekstra saat memakainya. 

Namun, yuk kita cari tahu lebih jauh mengenai makna fast fashion yang mengacu pada produksi pakaian secara massal. Biasanya harga pembuatannya lebih rendah, jadi umumnya kualitasnya tidak terlalu buruk. Contohnya, seperti Zara, H&M, Uniqlo dan lainnya. 

Kini, istilah tersebut memiliki konotasi dikotomis. Artinya, sebagian orang memandangnya secara positif karena harga terjangkau dan dapat diakses oleh kelompok menengah kebawah. Ini menjadi jalan keluar bagi orang kreatif untuk mengekspresikan diri dan merasa nyaman dengan dirinya. Sayangnya, di baliknya ada sisi gelapnya juga, bahkan ada golongan yang memboikotnya juga. 

Mengenal Istilah Fast Fashion

Menurut situs Sanvt, terdapat 100 miliar item pakaian yang diproduksi setiap tahunnya. Fokusnya pada kenyamanan, aksesibilitas, dan harga terjangkau. Oleh sebab itu, biaya yang digunakan harus seminimal mungkin. 

Salah satu contoh agar dapat mencapai jumlah produksi garmen, brand tersebut memindahkan produksi pakaiannya ke negara yang penduduknya membutuhkan tenaga kerja dengan biaya tenaga paling murah. Misalnya negara Bangladesh, India, Tiongkok, dan Vietnam, negara tersebut menjadi tujuan tenaga kerja manufaktur. 

Mulanya, mereka memperoleh ide tren dari catwalk dan selebritas, kemudian diproduksi sangat banyak untuk memenuhi permintaan masyarakat. Sehingga, mereka memanfaatkan tren sebelum memudar dengan sangat cepat dan jumlah sangat besar. Namun, tidak selalu seperti itu kok. 

Baca juga:   Peran Media Sosial dan Influencer dalam Fashion Prewedding

Apa itu Fast Fashion dan Revolusinya?

Sebelum revolusi industri serta penemuan mesin jahit, di masa lampau perkembangan mode terjadi secara lambat. Semua orang membuat pakaian sendiri, ketika ada yang rusak atau robek mereka akan memperbaikinya sendiri. 

Pakaian biasanya disesuaikan dengan tubuh dan kepribadian individu, umumnya dirancang untuk bertahan seumur hidup. Ini normal dan umum terjadi pada zaman tersebut, lalu, masyarakat perlahan beralih menggunakan pakaian sebagai gaya bukan untuk daya tahan. 

Akhirnya, konsep fast fashion mulai dijalankan, dimulai dengan produksi massal pakaian berkualitas murah. Hal ini secara resmi terjadi pada tahun 1990-an oleh New York Times, menjadikan Zara sebagai inspirasi mereka. Ketika pakaian diambil dengan cepat dari desainnya di panggung Fashion Week menjadi pakaian yang dijual di toko untuk dibeli siapa saja. 

Berikut secara detail perjalanan fashion dari tahun-ke-tahun.

  • Sebelum 1800-an. Mode berjalan lambat, orang harus mencari bahan sendiri dan membuat pakaian sendiri. 
  • Pertengahan 1800-an. Revolusi industri mengubah industri fashion dengan ditemukannya mesin jahit. Orang-orang mulai mengenakan pakaian untuk gaya, bukan kebutuhan.
  • Tahun 1911-an. Setelah munculnya pabrik-pabrik sweatshop, sebuah bencana di pabrik garmen pertama yang terjadi. 146 pekerja garmen, sebagian besar perempuan, tewas dalam kebakaran.
  • Tahun 1960-an, banyaknya pakaian murah, diproduksi secara massal, dan berkualitas rendah mengambil alih di masa itu. Orang berbelanja baju baru menjadi hobi dan sarana meraih status.
  • Tahun 1990-an. Kemunculan istilah 'fast fashion' diciptakan oleh New York Times, setelah Zara menerapkan model produksi yang dipercepat dari tahap desain hingga dijual di toko. 
  • Era sekarang. Meskipun konsumen ingin membuat pilihan yang lebih ramah lingkungan, fast fashion masih terus berkembang pesat, dengan pakaian yang diproduksi lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Baca juga:   Jangan Dibuang! Ini 5 Tips Upcycling Baju Lama Jadi Barang Baru Tanpa Jahit

Apa Masalah yang Terjadi dengan Fast Fashion?

Ada sisi gelap di balik mode fashion cepat ini. Mungkin, sebagian besar pembeli telah menyadari jika industri ini berbahaya. Meskipun, tidak tahu masalah pastinya secara umum. 

Adanya Eksploitasi Pekerja

pekerja garmen seringkali bekerja dalam kondisi tidak aman. Mereka diupah sangat rendah bahkan tidak mendekati upah yang layak. Tidak ada HAM yang mendasari pekerjaan mereka. Ini terjadi untuk mengurangi biaya produksi sebanyak mungkin, sehingga brand memperoleh keuntungan dari outsourcing di negara-negara yang tidak memiliki peraturan tentang hak pekerja. 

Contohnya, beberapa brand fesyen terkemuka dunia, diketahui terlibat dalam kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat Uighur di Tiongkok. Bahkan, dalam beberapa kasus ditemukan pekerja anak yang digunakan. 

Pencemaran Lingkungan 

Produksi pakaian dalam jumlah berlebihan serta harga yang sangat murah menciptakan kebiasaan sekali pakai. Pakaian yang diproduksi tidak diciptakan bertahan lama karena pilihan bahan murah. 

Kemudian, jumlah pakaian yang dibuang menjadi meningkat 2 kali lipat dalam 20 tahun terakhir ini. Dengan rata-rata 7 kali pemakaian per item pakaian. Ini juga dapat menyebabkan mikroplastik yang dapat mencemari lingkungan. 

Tekanan Secara Psikologis

Peluncuran model baru secara terus-menerus, biasanya terjadi setiap minggunya. Hal tersebut mendorong masyarakat menjadi lebih konsumtif karena merasa butuh agar merasa nyaman. 

Beberapa orang bahkan berpendapat jika mereka merasa kecanduan dengan kepuasan instan (pelepasan dopamin). Sedangkan, bagi pembeli yang lebih ramah lingkungan mengalami tekanan secara psikologis dengan merasa eco-anxiety ketika berhadapan dengan model fesyen cepat tersebut. 

Greenwashing

Brand sering kali berusaha keras untuk menyembunyikan rantai pasokan dan proses produksinya. Mereka tidak mencoba untuk mendapatkan citra yang berkelanjutan atau bahkan etis. 

Baca juga:   Mengapa Drop Waist Dress Jadi Must-Have Item Tahun Ini?

Berdasarkan laporan terbaru dari Changing Market’s Foundation mengungkapkan bahwa hampir 60% klaim lingkungan di UE yang dilakukan oleh merek fesyen populer menyesatkan (96% dalam kasus H&M!). 

Beberapa merek fesyen mungkin mencoba untuk mendapatkan citra merek yang feminis, tetapi mereka tidak mau mengungkapkan langkah-langkah apa yang mereka ambil untuk menjamin keselamatan pekerja garmen mereka, yang 80% adalah perempuan.

Menguntungkan Bagi Orang Kaya

Walaupun beberapa brand terlibat dalam pemasok pabrik yang tidak memberikan upah yang layak kepada pekerjanya. Industri fast fashion dibuat oleh beberapa orang terkaya di dunia banyak dari mereka adalah multi-miliarder. Bangladesh, Tiongkok, India, dan Vietnam adalah beberapa negara fast fashion yang menjadi tujuan tenaga kerja manufaktur.

Dari tahun 1800-an ketika orang harus menjahit pakaian mereka sendiri karena kebutuhan. Kemudian, saat ini ketika pakaian trendi tersedia di ujung jari kita, industri fesyen telah berkembang pesat dan menjadi berbahaya dan eksploitatif. Untungnya, terdapat peningkatan minat terhadap merek fesyen ramah lingkungan yang melakukan berbagai hal secara berbeda, dan memperlambat perkembangannya.

Reference: 
https://sanvt.com/blogs/journal/fast-fashion-explained-meaning-and-history?country=ID
https://www.nytimes.com/2022/06/22/learning/how-fast-fashion-became-faster-and-worse-for-the-earth.html
https://growensemble.com/history-of-fast-fashion/
Copyright © 2023 - Style by Laruna - All rights reserved
chevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram