"Jangan dijual! Harga sepatu Yeezy meroket pasca huru-hara Kanye West!" Cuitan kontroversial Kanye West di media sosial menjadi bumerang. Karenanya, rapper asal Amerika Serikat tersebut harus kehilangan pemasukan hingga ratusan juta dollar akibat pemutusan kontrak dari jenama-jenama ternama.
Pada awal bulan Oktober 2022, Kanye West melontarkan pernyataan antisemit yang membuatnya diserang berbagai kalangan. Ini bisa dikatakan sebagai puncak kekesalan publik terhadap West, yang memang sering menciptakan kontroversi tak perlu.
“Aku agak mengantuk malam ini, tapi kalau bangun aku ingin membunuh 3 orang Yahudi. Lucunya, saya tidak bisa menjadi anti-semit karena orang kulit hitam pun sebenarnya Yahudi,” cuit Kanye West.
Tweet tersebut memicu reaksi keras dari publik. Beragam tekanan pun dilakukan. Jenama yang bekerja sama dengan sang artis pun mengambil tindakan ekstrim hingga pemutusan kontrak kerja sama. Salah satunya Adidas.
Keputusan ini terbilang cukup berani. Sebab Adidas mengeruk keuntungan besar dari hasil kerja samanya dengan Kanye West dalam bentuk produk Yeezy. Produk ini sendiri pun nasibnya tengah menggantung.
Konsumen yang telah membeli produk Yeezy pun kecewa dengan tindakan kontroversial West. Menurut data dari Celeb Tattler, pencarian kalimat “Sell Yeezy” di Google meroket hingga 581 persen.
Aksi penjualan besar-besaran ini tentu akan menurunkan harga Yeezy di pasaran secara drastis. Namun publik disarankan tidak gegabah dalam bertindak, dan sebaiknya mempertahankan koleksi sepatunya jika ingin meraup keuntungan.
Pendiri toko sepatu daring bernama Snkr Bubble, Kevin Ghassemi, tidak berniat menjual 50 pasang lebih koleksi Yeezy miliknya. Sebab pria berumur 18 tahun itu percaya bahwa harga Yeezy akan meroket dahsyat di masa mendatang.
“Harga akan meningkat setidaknya 50 persen. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar sudah jenuh dengan Yeezy karena terlalu banyak merilis model dan warna, hingga menyebabkan nilai merek jadi menurun. Sekarang produksi dihentikan, merekanya akan menjadi lebih digemari,” katanya kepada the Nationals.
Pernyataan senada juga dilontarkan oleh seorang kolektor dari Dubai. Sosok yang dipanggil Foundamatch Marvs ini meyakini pecah kongsi antara Adidas dan Kanye West akan memberikan keuntungan bagi para pengecer.
“Saya akan mempertahankan sepatu-sepatu saya untuk sementara waktu dan baru akan menjualnya ketika harganya sudah tepat,” tuturnya.
Kolektor sepatu di seluruh dunia diyakini sedang tiarap sembari melihat perkembangan. Pendiri konsinyasi sepatu sneaker mewah Presentedby, Ridwane Ettoubi, pun memprediksi lonjakan harga produk Yeezy baru akan terjadi sekitar 12 hingga 18 bulan ke depan.
Keputusan menahan penjualan Yeezy tentu bisa mengakibatkan kerugian fatal, seperti diutarakan orang dalam industri sepatu yang enggan disebutkan namanya. Namun kepada the National, hal ini tetap patut untuk dijajal.
“Karena produk Kanye West benar-benar menjadi titik awal dari keseluruhan kultur reseller, industri reseller juga bisa mati. Nike membanjiri pasar dengan alokasi stok yang besar untuk Jordan 1s dan Dunks karena penutupan toko di Rusia dan pembatasan di China karena Covid-19.”
“Kami tidak tahu secara pasti apakah Yeezy akan mendapat nilai atau benar-benar hilang, tapi ini layak untuk dicoba,” tandas sosok tersebut.
Lantas, bagaimana nasib Yeezy setelah pemutusan kerja sama Adidas dengan Kanye West? Perlu diketahui bahwa kontrak dua belah pihak tidak pernah dibocorkan ke publik. Namun, ada beberapa elemen yang sepertinya terbagi di antara keduanya.
Hal itu terlihat dalam pernyataan resmi Adidas terkait pemutusan kerja sama baru-baru ini. Mereka mengklaim diri sebagai pemilik semua hak desain dan warna produk Yeezy selama kerja sama berlangsung.
Namun sepertinya, Adidas tidak memiliki jenama Yeezy. Kanye West tampaknya menjadi pemilik resmi nama tersebut, seperti yang tercantum dalam wawancaranya bersama Forbes pada tahun 2019 lalu.
Situasi pelik ini kemudian dipertegas oleh pengacara sekaligus penulis buku ‘Sneaker Law’, Jared Goldstein. “Secara tradisi, dalam semua tipe lisensi kerja sama, sang jenama, Adidas, memiliki properti intelektual 100 persen,” tuturnya.
Yeezy sendiri diprediksi takkan benar-benar hilang dari pasaran. Ada kemungkinan Adidas akan memproduksi sepatu serupa tapi dengan jenama berbeda. Sebab kekayaan intelektual sepatu ini diketahui terbagi dua.
Beberapa sumber menyebutkan kalau Kanye West memegang hak penamaan Yeezy 100 persen. Namun untuk hak kekayaan desain dan warna, semuanya dipegang oleh Adidas. Hal ini dianggap lumrah dalam sebuah kontrak kerja sama.
“Adidas memiliki hak terhadap desain produk Yeezy yang sudah sudah ada dan bisa menjualnya menggunakan jenama Adidas (bukan jenama Yeezy) menyusul pemutusan kerja sama Yeezy,” demikian bunyi analisis bank investasi global, RBC Capital Markets.
Jika benar demikian, maka ada kemungkinan Adidas bakal meluncurkan produk terbaru tanpa menggunakan jenama Yeezy. Beberapa ahli mengutarakan kalau langkah ini bisa dilakukan oleh Adidas mulai tahun depan untuk menutupi kerugian.
Adidas memang berkomitmen tidak melanjutkan pembayaran kepada Kanye West atas produk Yeezy ini. Akan tetapi, mereka tetap harus menanggung kerugian sebesar 246 juta dollar (sekitar Rp3,8 Triliun) karena pemutusan kontrak.
With Laruna, you can combine your love for fashion and the planet by choosing sustainable options that fit your style and contribute to positive changes. Want to join Laruna as a content contributor? We'd love to spend time with you!