Dunia luxury brand fashion mewah yang identik dengan kemewahan, keglamoran, dan eksklusivitas kini diselimuti awan kelabu.
Penurunan penjualan telah dialami beberapa brand luxury di tahun 2024. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks, baik internal maupun eksternal.
Penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi dan krisis ekonomi global dianggap menyebabkan konsumen menunda pembelian barang mewah yang tidak esensial. Tak hanya itu, generasi milenial dan gen z, yang menjadi target pasar utama brand mewah, juga dianggap mempengaruh penurunan penjualan, sebab mereka memiliki preferensi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Simak artikel beriku untuk mengetahui luxury brand atan merek mewah mana sajakah yang mengalami penurunan penjualan.
Brand asal Inggris ini baru saja ditinggalkan oleh CEO-nya yakni Jonathan Akeroyd yang dipecat lantaran penjualan Burberry turun. Tercatat penurunan penjualan 11% di kuartal pertama 2024 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Faktor utama di balik penurunan ini adalah perlambatan ekonomi global, perubahan selera konsumen, dan strategi yang kurang tepat. Salah satu contoh strategi yang kurang tepat adalah koleksi mereka yang dianggap kurang menarik bagi milenial, kelompok konsumen yang semakin mendominasi pasar fashion.
Brand dari Italia pun tak luput dari penurunan. Penjualan mereka di kuartal pertama 2024 turun 5% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. DIketahui, persaingan ketat dari brand lain, fokus berlebihan pada pasar Asia, dan kurangnya inovasi produk menjadi penyebab utama penurunan ini. Salah satu contoh kurangnya inovasi produk adalah koleksi mereka yang kurang mengikuti tren terkini.
Sang raja brand mewah asal Perancis, mengalami penurunan 3% di kuartal pertama 2024. Penurunan permintaan di China akibat lockdown dan strategi marketing yang kurang efektif menjadi penyebab utama penurunan ini. Lockdown di China mengakibatkan berkurangnya jumlah wisatawan yang merupakan target pasar utama Louis Vuitton.
Brand asal Amerika ini mengalami penurunan 2% di kuartal pertama 2024.Ralph Lauren dianggap terlalu fokus pada pakaian formal, kurang mengikuti tren fashion terkini, dan tak mempunyai strategi branding yang kurang kuat menjadi penyebab utama penurunan ini. Kurangnya fokus pada tren fashion terkini terlihat dari koleksi mereka yang kurang menarik bagi milenial.
Berbeda dengan keempat brand diatas, Prada, brand asal Italia, justru mengalami kenaikan 16% di kuartal pertama 2024. Fokus pada pasar Asia dan strategi digital yang kuat menjadi kunci utama kenaikan ini. Prada fokus pada pasar Asia dengan membuka banyak toko di negara-negara Asia, seperti China dan Korea Selatan. Selain itu, Prada juga aktif di media sosial dan e-commerce, sehingga berhasil menjangkau konsumen milenial.
Meskipun industri fashion mewah secara keseluruhan diprediksikan akan kembali bertumbuh di tahun 2024, para brand mewah harus beradaptasi dengan cepat dan melakukan strategi yang tepat untuk tetap kompetitif.
Inovasi produk seperti menghadirkan koleksi yang menarik bagi milenial dan mengikuti tren terkini, menjadi kunci utama untuk keluar dari masa sulit ini. Burberry dan Gucci perlu berbenah diri dalam hal ini.
Fokus pada digitalisasi dengan cara memanfaatkan media sosial dan e-commerce, juga menjadi strategi yang penting. Prada telah menunjukkan bagaimana strategi ini dapat membuahkan hasil.
Mampukah Burberry, Gucci, Louis Vuitton, dan Ralph Lauren mengikuti jejak Prada?